Ngabuburit Sambil Menyimak Sepenggal Kisah Mungsolkanas, Masjid Tua di Bandung

Ngabuburit Sambil Menyimak Sepenggal Kisah Mungsolkanas, Masjid Tua di Bandung

Masnurdiansyah - detikNews
Jumat, 24 Jun 2016 09:34 WIB
Masjid berlantai dua ini berkapasitas sekitar 100 orang. Foto: Masnurdiansyah
Bandung - Banyak cara menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa atau ngabuburit. Menjalankan ibadah puasa sambil berwisata religi untuk menambah pengetahuan sejarah Islam di Kota Bandung, patut dicoba. Sambangilah Masjid Mungsolkanas yang berdiri sejak 1869.

Masjid tua yang dibangun pada zaman Belanda ini letaknya sekitaran Jalan Cihampelas atau tepatnya di Gang Wianataatmaja, RT 2 RW 5, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat.

Meski pelestarian Masjid Mungsolkanas bisa dikatakan hilang nilai sejarahnya, kisah rumah ibadah yang kini berusia 147 tahun itu sejatinya bisa disimak guna mempertebal wawasan tentang Kota Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang unik nama masjid tersebut. Mungsolkanas merupakan akronim dari 'Mangga Urang Ngaos Sholawat Ka Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W' (Mari Kita Mengaji dan Bersalawat kepada Nabi Muhammad S.A.W).
Masjid Mungsolkanas berdiri sejak 1869. Foto: Masnurdiansyah
"Dulu sempat mau ganti nama jadi Ar-Rahim sesuai dengan nama pendirinya. Tapi sebagain masyarakat dan keluarga dari Mama Aden tidak setuju, makanya namanya dipertahankan biar sejarahnya masih ada," kata Ketua DKM Masjid Mungsolkanas, Harris M. Lubis.

Lelaki tersebut berbincang bersama detikcom di area Masjid Mungsolkanas pada Rabu 22 Juni 2016. Harris mengakui jika bentuk masjid ini sudah tidak 100 persen asli.

Selain itu, sambung dia, saksi bisu berupa benda sejarah yang menyertai histori masjid tersebut dikabarkan tak jelas keberadaannya. Pentungan dan bedug peninggalan Mama Aden (pemberi nama Mungsolkanas) disebut-sebut hilang saat proses renovasi masjid.

"Tapi sebagain benda lainnya ada yang dibawa oleh pihak keluarganya (pendiri Masjid Mungsolkanas)," ucap Harris.

Beberapa ciri khas asli Masjid Mungsolkanas, sambung Harris, berubah saat dirombak pada 1993. Mau tak mau, wujud masjid saat ini tampil moderen untuk mengikuti perkembangan zaman.

"Kalau dulu sebelum direnovasi, peninggalan mimbar, pasaran (keranda), dan papan nama dari kayu jati masih utuh. Cuma sekarang tidak tahu kemana," ujarnya.
Masjid ini memiliki dinding berlapis marmer. Lantainya berlapis kayu. Foto: Masnurdiansyah
Terlepas soal barang peninggalan yang lenyap, pihak pengurus masjid mencoba membangkitkan memori usang dengan menciptakan satu prasasti Masjid Mungsolkanas.

Prasasti berwujud bongkahan batu hitam yang di pajang di depan pintu masuk masjid ini menggambarkan penegasan identitas, makna, dan tahun berdirnya Masjid Mungsolkanas.

"Batu hitam ini dipasang saat renovasi masjid yang ketiga kali saat beberapa tahun lalu," ucap Harris sambil menunjuk rangkaian tulisan yang menggurat batu tersebut.

Lebih lanjut Harris menerangkan, dulu di dekat masjid terdapat danau berair jerih. Saking jernihnya, dia mengtakan, air danau bisa diminum langsung oleh warga setempat. Namun waktu ke waktu pembangunan tumbuh dan air danau mulai tercemar, lalu beralih fungsi.
Dahulunya Masjid Mungsolkanas hanyalah musala sederhana. Foto: Masnurdiansyah
"Dulu waktu Bung Karno (Presiden pertama RI) masih kuliah di ITB, danau sekitar masjid digunakan untuk wudu dan bisa diminum. Sekarang bangunan di dalam masjid masih asli, sementara bangunan di luar masjid sudah banyak ditambahkan," ujar Harris.

Masjid berlantai dua ini berkapasitas sekitar 100 orang. Perubahan demi perubahan wujud dilakukan guna mempertahankan eksistensi Masjid Mungsolkanas. Keberadaan masjid tersebut menyimpan sejarah dan menjadi saksi bisu perjuangan panjang umat Muslim kala itu untuk menyebarkan luas ajaran Islam.

"Alhamdulillah masjid ini setiap bulan Ramadan menjadi tempat ngabuburit masyarakat. Di tempat ini ada kegiatan pesantren kilat dan pengajian. Juga menerima zakat, infak dan sedekah. Paling utaman tetap salat lima waktu berjamaah," tutur Harris. (bbn/bbn)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads