Sejak lahir, Jaka memang mengalami keterlambatan pertumbuhan. Namun kala itu orang tuanya Tugiman (60) dan Iyat (45) tidak menyadari. Kemiskinan membuat pengetahuan keduanya terbatas dan kebingungan untuk menangani Jaka.
Di usia 9 tahun, Jaka sakit panas. Karena tak kunjung turun, Jaka kemudian dibawa berobat ke RS Hasan Sadikin Bandung. Namun bukannya membaik, kondisi Jaka malah semakin menurun. Jaka terdiagnosa jantung, TBC dan kelainan otot. Sejak saat itulah Jaka lumpuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaka hanya bisa berpindah-pindah dengan bokongnya sebagai tumpuan. Jaka bukan tak ingin berlari dan bermain, namun tubuhnya tak kuasa.
Jaka pasrah dengan keadaannya. Sehari-hari, Jaka hanya bermain di rumah kontrakan berukuran 2x3 meter di Jalan Citepus 1 RT04 RW05 Kota Bandung.
"Jaka senengnya main puzzle. Kalau sudah main anteng (tekun) banget. Jadi banyak puzzle di rumah," tutur sang kakak, Erni saat ditemui di kediamannya, Kamis (3/6/2016).
Jaka kini tergolek lemah di RS Hasan Sadikin Bandung. Menurut Santi, kader RW setempat yang membantu keluarga merawat Jaka. Jaka sudah mulai bosan di rumah sakit. Keinginannya bisa menonton TV dan membaca buku.
"Kemarin saya nengok, Jaka sudah bisa ngomong. Dia pengen nonton TV, tapi kan enggak mungkin bawa TV ke rumah sakit. Jadi pengen dibawain buku saja," ujar Santi. (avn/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini