Seperti dituturkan Burhan, warga Sukabumi, ia mengaku bingung harus kembali menata hidupnya pasca dibawa dari Kalimantan. "Sekarang gimana mau mulai, aset semua di sana. Sekarang harus mulai lagi dari nol," ujar Burhan.
Ia mengatakan sudah enam bulan pindah ke Kalimantan. Di sana ia memiliki tanah seluas 4 hektar, rumah, motor dan perabotan lainnya. "Aset saya sekitar Rp 50-60 juta-lah," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tanam timun, dalam 1,5 bulan saya bisa dapat Rp 20 juta. Mana ada yang seperti itu di sini. Enam bulan di sana, saya sudah kerasan banget," tutur Burhan.
Karena itu ia sebenarnya menaruh harapan untuk bisa kembali ke Kalimantan. "Tapi kalau memang tidak mungkin ya apa boleh buat," katanya.
Ia hanya berharap pemerintah bisa membantunya mendapatkan kembali asetnya untuk digunakan sebagai modal hidupnya yang baru di kampung halamannya.
Senada dengan Burhan, Amalia (33) warga Bogor juga mengaku senang di Kalimantan karena biaya hidup yang lebih murah. "Sekarang kami enggak punya uang. Mau berdagang, tapi enggak punya modal," katanya.
Di Kalimantan, Amalia bersama suaminya bertani dan menjadi nelayan. "Kami sudah punya kemampuan bertani dan nelayan. Sudah punya aset juga," tuturnya.
Biaya hidup yang terpaut jauh juga menjadi alasan ia lebih memilih hidup di Kalimantan. "Di sana duku 10 ribu dapat 4 kilo. Ikan kembung 10 ribu sekilo sementara disini ikan kembung 15 ribu setengah kilo," tuturnya.
Ia berharap janji pemerintah untuk menggantikan aset mereka bisa ditepati. "Kan katanya mau diganti asetnya. Ya semoga saja. Soalnya sekarang senang mau pulang, tapi mikirin ekonomi jadi pusing," katanya. (tya/ern)