Eks Ketua Gafatar Kota Cimahi Djunaedi yang mewakili kelompoknya meminta Pemprov Jabar memberikan solusi dan memikirkan nasib mereka. Sebab, banyak orang dewasa usai dipulangkan dari Kalimantan Barat kehilangan mata pencaharian.
"Kami di Kalimantan itu bertani. Ya hidup mandiri. Jadi di sana (Kalimantan Barat) memang kami numpang dengan warga setempat. Bahkan waktu itu mau panen padi," ujar Djunaedi di Dinsos Jabar, Jalan Amir Machmud, Kota Cimahi, Jabar, Kamis (28/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bersama anggota Eks Gafatar Cimahi lainnya berjumlah 32 kepala keluarga secara bertahap berangkat ke Kalimantan Barat. Djunaedi dan keluarganya baru dua bulan di Kalimantan Barat sebelum dipulangkan kembali ke kampung halamannya.
"Saya dan anggota ini kebanyakannya bekerja sebagai pedagang. Kami memilih ke Kalimantan mengusung visi misi kedamaian dan sejahtera," ucap bapak lima anak ini.
Kini 195 jiwa eks Gafatar asal Jabar, termasuk Djunedi, ditampung di Dinsos Jabar guna menjalani pembinaan. Mereka menempati tempat yang nyaman di zona penampungan. Djunaedi mengapresiasi positif langkah dilakukan Pemprov Jabar.
"Ini respons luar biasa. Pemprov Jabar sudah memerhatikan kami," katanya.
Namun ke depannya, selepas beres dibina, Djunaedi meminta pemerintah tak putus dalam memerhatikan para eks Gafatar. Termasuk menyalurkan mereka untuk bekerja demi mengantongi penghasilan guna menghidupi keluarga.
"Pemerintah harus cepat memberikan solusi. Kami berharap mendapat sedikit modal atau bekerja di manapu. Jangan sampai kami menjadi gelandangan," tutur Djunaedi.
Dia dan kawan-kawannya berkisah soal harta benda berharga dan dokumen penting yang terpaksa di Kalimantan Barat karena waktu itu terjadi insiden. Djunaedi pun tak sempat membawa kartu keluarga dan ijazah milik anaknya.
"Saya minta kepada pemerintah di sini untuk membuatkan lagi KK dan ijazah. Selain itu, pikirkan juga nasib sekolah anak-anak saya dan anak teman saya lainnya. Ya, harapan lainnya agar masyarakat jangan mengucilkan kami," ujar Djunaedi. (bbn/ern)