Titik pertama yang dikunjungi yakni kawasan Margahayu Raya tepatnya di Taman Pluto. Taman tersebut terlihat tak terurus dan gersang. Pohon-pohon kering dan banyak sampah.
Pria yang akrab disapa Emil itu memanggil Camat Buahbatu Hendrawan Setia Wiwaha selaku penguasa wilayah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Camat menjelaskan satu-satunya ruang publik di kawasan taman tersebut. Namun memang tidak diminati warga karena tidak indah.
"Cuma ini saja pak, tapi tidak ada peminat," ucap camat.
Camat juga melaporkan kawasan tersebut sering banjir saat hujan besar melanda Kota Bandung.
"Kalau hujan banjir pak, karena tidak ada tempat menampung air," lapornya.
Emil mengambil tablet pintarnya, lalu memotret taman tak terurus itu. Kemudian Emil meminta kertas dan spidol untuk menggambar. Dipanggilnya Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Iskandar Zulkarnaen untuk ikut serta.
"Nih, ini bisa jadi bagus. Dibuat seperti ini saja untuk tamannya. Lalu ini buat penampungan air di bawahnya, Jadi kalau ada air ditampung dulu di sini," kata Emil sambil menorehkan spidolnya.
"Ini siapa arsitek yang mau ngegambarnya. Suruh menghadap saya dulu," tambah Emil.
Camat dan Kadis DBMP hanya mengangguk-angguk mengiyakan mendengarkan instruksi pimpinannya.
"Ini peruntukannya mau buat apa? Buat kakek-kakek, bapak-bapak atau apa?" tanya Emil lagi kepada camat.
"Ini kebetulan dikelilingi sekolah, tidak ada tempat main, andalannya hanya ini," kata camat.
Setelah berkoordinasi singkat, Emil melaju cepat dengan sepedanya ke lokasi lain.
(avi/ern)