Sebelum bekerja sebagai tukang ojek di Gojek, Iwan mengaku tidak paham pengoperasian handphone Android. Apalagi cara menggunakan aplikasi, pengoperasian GPS dan lainnya.
Sudah tiga bulan Iwan bergabung dengan Gojek atau saat pertama Gojek merambah Bandung. Sebelumnya, Iwan bekerja sebagai pekerja lepas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam satu hari, ia bisa menerima minimal 10 order dengan penghasilan minimal sehari Rp 250 ribu. "Kalau dapat 10 order, dapat bonus Rp 50 ribu dari perusahaan," ungkapnya.
Saat ini Gojek tengah ada promo 'Ceban Ramadan'. Penumpang cukup membayar Rp 10 ribu, asalkan jaraknya di bawah 25 kilometer. Promo ini berlaku sampai tanggal 17 Juli nanti.
Meski kini Iwan mengaku sangat menikmati pekerjaan barunya sebagai Gojek, namun Iwan masih merasa was-was. Ancaman dari ojek pangkalan tetap mengintai. Iwan bercerita pernah dikerubuti oleh tukang ojek pangkalan di kawasan Antapani Kota Bandung.
"Saya pernah lewat di Antapani. Motor saya dihadang 40 orang. Mereka berkata-kata kasar. Saya kasihan sama penumpang saya," kisah Iwan.
Pria yang memiliki tiga orang anak ini tidak habis pikir mengapa keberadaan Gojek begitu dianggap musuh oleh para ojek pangkalan.
"Saya enggak ngerti kenapa masih banyak yang ortodok. Padahal jelas Gojek itu beda sama ojek pangkalan. Kita kan mengandalkan orderan dari aplikasi," ujar Iwan.
Namun Iwan tak lantas patah semangat. Kini ia tidak beroperasi menggunakan atribut Gojek. Beruntung para pelanggannya tak keberatan.
"Ya kita enggak pakai atribut jadinya. Tapi Alhamdulillaah pelanggan ngerti. Kadang saya juga pura-pura nungguin saudara atau jemput anak. Dibawa enjoy saja," kata Iwa.
(avi/ern)