"Tadi dalam rapim muncul pemikiran kita mau bekerjasama dengan pihak ketiga yang profesional. Yang biasa melakukan pemberdayaan. Contohnya seperti dompet duafa, rumah zakat. Saya cuma tahu dua itu, tapi siapapun berhak untuk mengajukan kerjasama dengan kita," ujar Heryawan kepada wartawan usai Rapat Pimpinan (Rapim) di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (16/2/2015).
Dengan bekerjasama dengan pihak ketiga, pria yang akrab disapa Aher ini berharap program-program pengentasan kemiskinan bisa lebih fokus dan terarah karena didampingi oleh lembaga profesional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aher mengambil contoh pemberdayaan masyaraakat yang dilakuksn oleh salah satu organisasi. Misalnya organisasi atau lembaga yang menggerakan para ibu rumah tangga untuk membuat kue dengan standar kualitas supermarket.
"Saya kira itu cukup bagus. Mereka tidak hanya memberikan keterampilan tapi memberikan hasilnya kepada ibu-ibu tersebut. Kemudian kalau ada suaminnya yang bergerak di bidang pertanian atau peternakan itupun bisa ditampung oleh lembaga tersebut," jelasnya.
Namun begitu, Aher juga akan memilih lembaga yang berpengalaman untuk dijak kerjasama. Selain itu, pihaknya akan lebih dulu berkonsultasi dengan BPKP agar tidak ada masalah dikemudian hari.
"Nanti lembaga-lembaga tersebut diverifikasi oleh teman-teman akademisi, mana saja yang layak dan bagaimana pengalaman mereka secara mandiri melakukan pengentasan kemiskinan. Kita juga akan konsultasi dulu dengan BPKP," tandasnya.
(avi/ern)