"Kalau dengar suara orang batuk atau klakson motor, tubuh Guntur selalu terperanjat," kata Kokom (59) saat ditemui wartawan di kediamannya Jalan Budi (Gang Budi V), RT 4 RW 3, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jumat (6/2/2014).
Di rumah sederhana yang berlokasi dekat SMPN 47 itulah Guntur dirawat Kokom. Perempuan tersebut begitu semangat memanjakan Guntur. Kokom merupakan saudara dari nenek bocah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap hari saya gendong. Guntur enggak rewel," kata Kokom berurai air mata.
Jelang ulang tahun ke-8 pada 16 Februari 2015 mendatang, bocah tersebut menyimpan derita yang belum diketahui penyebab penyakitnya. Selama ini pula Guntur harus sebatang kara lantaran berurutan kehilangan keluarga tercintanya.
Guntur anak semata wayang pasangan Nurhayati dan Dadan. Sejak usia dua tahun atau bertepatan Guntur mengalami kelumpuhan, ibunya meninggal karena sakit paru-paru. Tak lama atau setelah tujuh hari Nurhayati berpulang, sang ayah tiba-tiba tanpa alasan pergi dari rumah. Hingga kini ayah Guntur tersebut belum diketahui keberadaannya.
Semenjak itulah Guntur diurus kakek dan neneknya. Namun sewaktu kasih sayang dirasakan Guntur, neneknya meninggal, beberapa tahun lalu. Selanjutnya, belum 100 hari ini, Guntur mesti serupa kehilangan kakeknya.
(bbn/try)