"Kalau jadi orang besar, harus jadi sarjana. Begitu pesan ayah saya. Ayah saya itu tukang cukur," kata Anang melalui pengeras suara di Aula Timur ITB, Jalan Ganeca, Rabu (28/1/2015).
Pria kelahiran Mojokerto 18 Mei 1958 ini diam sejenak."Izin saya minum," kata Anang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perwira tinggi aktif berpangkat Komisaris Jenderal Polisi ini seolah sulit bicara. Tangan kanannya kembali meraih gelas berisi air bening yang berada di sudut meja mimbar.
"Enggak bisa jalan omongannya ya. Susah ngomong di ITB. Maaf ya, konsentrasi," ujarnya sambil menenggak sedikit air.
Peraih gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Trisakti tersebut menarik nafas. Lagi-lagi dia sulit bicara. "Baru kali ini susah (bicara), kenapa ya? Mungkin ada Pak Rektor," kata Anang diselingi minum.
"Ini bukan sinetron loh ya," ujar Anang yang disambut tawa mahasiswa dan tamu undangan.
Tiba-tiba seorang perempuan muda berjalan menghampiri Anang ke podium. Sang perempuan memberikan permen yang langsung disambut mantan Kapolda Jambi tersebut. Setelah menikmati permen, Anang lancar berpidato.
(bbn/ern)