Bahkan menurut keterangan ketua RT setempat, aktivitas warga ini sudah berjalan puluhan tahun lamanya. Selama itu pula berbagai jenis penyakit kulit menyerang warga.
"Dulu sekali di sini sempat ada sumur bor namun tak lama setelah dibangun sumur bor-nya ambruk, hingga tak bisa dimanfaatkan lagi oleh warga," kata Imas Sunengsih, ketua RT 03 kepada wartawan sekitar pukul 14.30 WIB, Rabu (7/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Air yang berada dalam bak tampung tersebut kondisinya sangat memprihatinkan berwarna hitam dan penuh dengan jentik-jentik nyamuk. "Di wilayah ke RT an saya ada 61 rumah yang memanfaatkan air dari hasil tampungan selokan," lanjut Imas.
Imas juga menyebut, belum lama ini diwilayahnya ada 10 orang warga terkena DBD, lima orang di antaranya meninggal dunia. "Ada juga 8 orang yang mengidap chikungunya, kalau penyakit kulit sih hampir semua warga sini pernah mengidap," imbuh dia.
Hal senada juga diungkap ketua RT 04, Diah Purwanti. Menurutnya ada 41 rumah di wilayahnya yang menggunakan air limbah rumah tangga untuk keperluan sehari-hari. "Hampir 80% warga menggunakan air selokan," jelasnya.
Saat ini warga berharap usulan yang seringkali diajukan melalui pihak kecamatan setempat untuk sarana prasarana penyediaan air bersih cepat dikabulkan pemerintah daerah. "Inginnya sih dibangunkan sumur bor lagi, karena kalau dibiarkan akan semakin banyak lagi korban berjatuhan akibat mengkonsumsi air selokan," tutup Diah.
(ern/ern)