Mulai Januari 2015, Bandung memiliki 'barang' baru. Pemkot menyebutnya command center. Dari ruangan ini, pelayanan publik hingga pemantauan kota dilakukan. Bagaimana prototipe e-government ala Bandung ini?
Command center merupakan salah satu upaya menuju smart city. Wali Kota Ridwan Kamil mengatakan pembangunan command center baru tahap awal. Mulai dari persiapan perangkat hingga pemanfaatan aplikasi. Diharapkan pada tahun 2016, semua sempurna.
Inspirasi kebijakan ini berasal dari Singapura. Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, meniru konsep smart negeri tetangga tersebut. Apa saja yang tercakup dalam e-goverment atau digitalisasi kota itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Dari Info hingga Cuaca
|
Pemenang lelang operator command center adalah PT LAPI ITB. Satu ruangan senilai Rp 15 miliar disiapkan sebagai pusat informasi. Ada banyak layar dan aplikasi yang dipakai memonitor keadaan Bandung di ruangan itu.
"Nanti ada data cuaca, peta, video feed, special vehicles location, video analisis, dan lainnya," ujar Widita Sesaripadmi Rinukti dari PT LAPI ITB.
2. Seragam Trak Trek
|
"Sudah disiapin nanti baju buat petugasnya seperti Star Trek. Ini fotonya. Nanti kalau beda jabatan beda warnanya," ujar Emil.
3. Sofware SKPD
|
"Jadi nanti pelayanan publik itu sudah online. Misalnya ngurus KTP, ngecek perizinan, kemacetan, monitor banjir sudah ada softwarenya," kata Emil.
Pelaksanaan proyek dibagi dalam 3 tahap. Tahap awal dinamai Command Center 1.0. Selanjutnya Command Center 2.0 dan 3.0 hingga pembangunan operation room.
"Januari itu baru satu pertiganya. Bandung kan sudah menargetkan menjadi kota percontohan smart city, jadi kalau di Singapura punya 1.600 aplikasi online, di Bandung 150 saja dulu," jelas Emil.
Halaman 2 dari 4