"Yang sudah kita data ada sekitar 40 bus yang rusak," ujar Firman, perwakilan Viking Persib Fans Club dalam jumpa pers di Gedung Indonesia Menggugat, Rabu (12/11/2014).
Namun menurut Firman, bus yang rusak kemungkinan bisa saja bertambah karena berpencar di beberapa lokasi di luar Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat yang sama, Ceper yang juga salah satu pengurus Viking mengatakan pihaknya saat ini membutuhkan bantuan biaya untuk bertanggungjawab atas bus-bus yang rusak.
"Kami sudah inisiatif untuk menggalang dana dari seluruh bobotoh untuk mengganti kerugian bus yang rusak. Tapi kami juga berharap ada yang bisa membantu untuk mengganti rugi bus yang rusak," ungkap Ceper.
Untuk itu pihaknya meminta kepada manajemen PT PBB, Pemkot Bandung dan Pemprov Jawa Barat untuk membantu terkait bus-bus yang rusak selama perjalanan kepulangan dari Palembang.
"Bobotoh kalau untuk udunan perbaikan bus, kita siap. Tapi alangkah baiknya yang sudah menjanjikan akan membantu untuk memperbaiki kerusakan, kami mohon," tandasnya.
Di tempat yang sama, Firman (30), salasatu bobotoh dari enam orang yang sempat diamankan polisi di Jakarta menceritakan pengalamannnya. "Bus terakhir pas lagi Jalan dihadang blokade massa. Lebih dari 30 orang pakai senjata. Bus juga sudah dikelilingi. Kita terus turun, mereka sempat mundur, tapi ternyata lebih banyak lagi sampai kita kewalahan," terang Dicky.
Menurut Dicky, saat indisen tersebut ada polisi yang berjaga di lokasi. Namun Polisi hanya berdiam diri.
"Polisi malah nonton, diam saha. Waktu kita minta tolong, malah bilang 'lawan saja, itu kan musuh kamu'," ujar Dicky menirukan ucapan polisi.
Saat kewalahan, Dicky dan kelima bobotoh lainnya mencoba mencari pengamanan dengan masuk ke mobil polisi. Saat berlindung di mobil polisi mereka tetap dilempari.
"Mereka bahkan memaksa membuka pintu, sambil berteriak 'mati lu di sini'," kisah Dicky.
Sampai akirnya Dicky dan bobotoh lainnya diamankan ke kantor polisi setempat. Ia mengaku sempat dimintai keterangan oleh polisi terkait insiden tersebut.
"Waktu di BAP kita itu mau dijadikan tersangka. Katanya kalau ngaku dari bus satu atau dua kita jadi tersangka. Tapi kalau kita ngaku masuk bus 3 ke sana, enggak akan jadi tersangka. Mental kami dibuat down, disangka biang keributan," terang Dicky.
Dicky dan Bobotoh lainnya berada di Polres Jakarta Selatan hingga Senin (10/11/2-14) pagi. Dicky mengatakan, kepulangan mereka ke Bandung juga secara sembunyi-sembunyi karena terkait keamanan.
"Sampai akhirnya kita dibebaskan karena ada staf Pak Wali (Ridwan kamil) yang datang. Kita juga sempat gak bisa pulang karena udah ada yang nungguin. Makanya disembunyikan," tandasnya.
(avi/ern)