Pembongkaran dilakukan setelah warga mencurigai Asep jadi korban kekerasan. Kapolsek Cisaat, Kompol Sumarta Setiadi mengatakan, keluarga korban awalnya enggan melaporkan hal tersebut. Keluarga menganggap autopsi memerlukan biaya. Setelah diyakinkan bahwa biaya ditanggung kepolisian, baru keluarga mengizinkan pembongkaran.
"Ada laporan dari warga, kalau almarhum menjadi korban kekerasan beberapa orang. Kami akan memastikan hal tersebut," ungkap Kompol Sumarta di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komalasari terus mendesak ke suaminya terkait luka luka di beberapa bagian tubuhnya. "Dia tuh pendiam, kalau ada masalah dipendem sendiri. Ketika saya desak dia akhirnya ngaku dikeroyok oleh beberapa orang gara-gara membela temannya yang ditagih oleh rentenir," tutur Komalasari.
Kepada istrinya korban bercerita, dia membela Adang (50) teman parkirnya. Korban melihat saat itu rekannya dibentak-bentak seseorang karena masalah pinjaman ke salah satu koperasi. Diduga karena tak terima, korban langsung memukul orang tersebut.
"Orang itu sempat kabur, dan kembali lagi bawa teman-temannya," lanjut Komalasari.
"Almarhum gak pernah sakit. Sebelum meninggal ia sempat makan bubur dan kasih makan ayam peliharaannya. Kemudian pamit tidur," tutup Komalasari.
Korban diketahui meninggal saat anaknya yang nomor 5, Reyhan (7) minta jajan karena akan berangkat sekolah, Kamis (2/10/2014). Ketika dibangunkan, korban tak kunjung membukakan pintu. Ketika diperiksa korban sudah tidak bernyawa dengan posisi menelungkup di kamar tidur.
Korban dimakamkan di TPU Bojong Kawung. Warga yang melakukan prosesi pemakaman curiga karena saat jenazah dimandikan hingga prosesi pemakaman terus mengeluarkan darah. Hari ini, makam dibongkar.
"Untuk memastikan penyebab kematian, akan kami autopsi dulu," kata Kompol Sumarta.
(try/try)