"Anak saya sudah tidak bisa bernapas lewat hidung, karena ada penyumbatan. Jadi napasnya dari tenggorokan," ujar Nurhayanti kepada detikcom, saat ditemui di rumah kontrakannya di Gang H Ghozali II RT 06 RW 02, Bandung, Rabu (10/9/2014).
Sejak dioperasi pelubangan tenggorokan 3 bulan lalu, hampir 5 menit sekali, atau setiap ada dahak di tenggorokanya. Sang ibu harus selalu siaga untuk menyedot dahak dari tenggorokan Mega. Jika tidak, Mega tidak akan bisa bernapas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurhayanti dan suaminya Rofingi (42) terpaksa membeli alat penyedot dahak sendiri. Karena hanya alat itulah yang saat ini bisa membantu Mega untuk bisa bernapas lega.
"Kalau nyewa di rumah sakit mahal. Jadi kami membeli sendiri. Apalagi penanganannya tidak boleh terlambat, ada dahak langsung sedot. Kalau tidak nanti kering dan bisa menutup lubangnya," tutur Nurhayanti.
Meskipun dalam kondisi demikian, namun Nurhayanti tetap berusaha memberikan asupan gizi yang terbaik untuk anaknya. Dalam satu hari, Mega diberi makan dan susu sebanyak tiga kali.
"Makannya pakai bubur bayi, sehari tiga kali. Kalau pakai bubur nasi, meskipun lembut susah masuk, malah tersedak. Susu juga kita kasih," ujar ibu rumah tangga yang memiliki 3 anak ini.
Namun semakin hari, kondisi tubuh Mega semakin menyusut, berat badan di usianya yang 7 tahun hanya mencapai 10 kilogram. Saat ini tubuh Mega juga kerap mengalami panas dingin.
"Kalau panas, panas banget. Kalau dingin, dingin banget. Obat juga ada, ya sabar saja, terus berusaha," lirihnya.
(avi/ern)