Dolly Jangan Sampai Seperti Saritem

Dolly Jangan Sampai Seperti Saritem

- detikNews
Rabu, 18 Jun 2014 16:56 WIB
Bandung - Janji Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menutup lokalisasi Dolly dipertaruhkan Rabu (18/6/2014) malam ini. Di Gedung Islamic Centre, sebuah seremoni bakal menandai penutupan lokalisasi yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara itu.

Berbalut deklarasi 'Alih Fungsi Wisma dan Alih Profesi Perempuan Harapan', Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al-Jufri rencananya akan menyampaikan kata sambutan. Harapan pun mengemuka. Penutupan Dolly, mampu mengubah imej Surabaya menjadi kota budaya.

Sekilas, kebijakan menutup lokalisasi Dolly mirip dengan Saritem di Kota Bandung. Tujuh tahun lalu, tepatnya 18 April 2007, Wali Kota Bandung Dada Rosada menutup lokalisasi Saritem Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir. Sekitar 73 rumah prostitusi pun disegel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Niat menutup lokalisasi Saritem berawal saat deklarasi Bandung Maksiat Watch (BMW) dan dialog publik 'Menggagas Bandung Bebas dari Maksiat', di Masjid Raya Bandung, Sabtu (7/4/2007) silam. Saat itu, Dada berjanji akan menutup lokasi prostitusi Saritem untuk selamanya.

Dada pun meminta dukungan warga, terutama ormas dan umat Islam. Data terakhir yang ada di Pemkot Bandung pada 2007 silam, jumlah pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di kawasan Saritem tercatat mencapai 144 orang.

Tak jauh berbeda dengan Dolly, aksi protes pun sempat mengemuka. Warga RW 7,8 dan 9 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, menolak penutupan lokalisasi Saritem. Bagi mereka, penutupan Saritem sama saja dengan menghapuskan nafkah mereka.

Toh, 'vonis mati' terhadap Saritem tetap berlangsung. Saritem tidak bisa mengelak dari regulasi Pemkot Bandung berupa Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung No 11/1995 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (Perda K3). Perda itu melarang setiap praktik prostitusi di Kota Bandung.

Penutupan lokalisasi Saritem boleh dibilang sukses, tanpa perlawanan. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung pun begitu mudah menyegel 73 rumah bordil di sana. Mereka juga berjanji akan mengawasi kawasan tersebut setelah ditutup.

"Kami akan menyebar petugas di lokasi tersebut paling tidak selama seminggu," kata Kepala Satpol PP Kota Bandung saat itu, Priana Wirasaputra.

Kini, 7 tahun berlalu, penutupan kawasan Saritem seolah jauh panggang dari api. Praktik prostitusi di kawasan tersebut tetap berlangsung. Pasalnya, rumah-rumah bordil di kawasan Saritem hanya disegel, tanpa dibongkar. Mucikari dan warga pun begitu mudah membukanya kembali. Memang ada beberapa rumah yang sudah dibeli oleh pemkot, namun hingga kini tak jelas mau dibuat apa.

Awalnya lokalisasi itu akan dibuat ruang terbuka hijau dan pusat bisnis. Namun rencana revitalisasi itu seolah angin lalu. Di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil, ia menyatakan akan mengubah kawasan Saritem menjadi pasar tematik. Rencananya bisnis emas yang akan diusung.

Kini, 'vonis mati' menanti lokalisasi Dolly. Wali Kota Risma berencana menata dan memperbaiki fasilitas kawasan merah tersebut. Dia akan menjadikan beberapa wisma sebagai sentra usaha dan pusat pelatihan ketrampilan. Hal ini telah dilakukannya pada 4 lokalisasi sepanjang 2 tahun terakhir.

Sukses penataan 4 lokalisasi tak membuat PSK dan mucikari Dolly iri. Mereka justru enggan Dolly ditutup. Namun Risma bergeming sebab ormas, kelompok sosial, dan perorangan mendukungnya. Perubahan memang selalu memunculkan 2 pilihan: ikut berubah atau bertahan.

(ern/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads