Polisi masih menelusuri kebenaran perkelahian sesama Madya Praja putri yang berujung penyiraman air keras di kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor. Diterpa kabar itu, pihak IPDN langsung menggelar jumpa pers. Seperti apa penjelasan versi IPDN?
Kepala Biro Kemahasiswaan IPDN Jabar Bernhard menyebut kabar tersebut hanya isu belaka. "Soal katanya disiram air keras itu enggak benar. Jadi isu yang beredar itu tidak benar," ucap Bernhard kepada wartawan di kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (29/4/2014).
Pria tersebut membantah terjadi perkelahian antarsesama Madya Praja putri di IPDN Jatinangor pada Minggu (27/4) lalu. "Tidak terjadi penganiayaan di kalangan putri," kata Bernhard.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada Minggu ada kegiatan jalan juang ke Gunung Manglayang. Peserta uang ikut 820 orang yang semuanya praja tingkat dua. Kegiatan itu untuk mengukur ketahanan, rasa kebersamaan, menghilangkan kepenatan dan
Saat itu di lokasi hujan sehingga becek dan banyak tanah liat. Sewaktu kembali ke IPDN pada Minggu sore atau sebelum magrib, ada lima orang Madya Praja putri terciprat matanya oleh tanah liat," tutur Bernhard.
Bernhard menyebut cipratan tanah liat itu berasal dari tubuh praja putri lainnya. Kenapa bisa terjadi begitu? "Mungkin mereka senang sudah pulang dari gunung. Lalu bercanda. Tidak tahunya tanah liat terciprat mengenai lima orang," tuturnya.
Identitas kelima orang Madya Praja putri yang matanya kena cipratan lumpur yaitu Mutia Prtama Roji, Indira Afriani, Nurul Riza, Dian Purnamasari, dan Fungki Sandi. "Saat itu juga lima orang itu dibawa ke klinik IPDN. Khawatir matanya iritasi, mereka dibawa ke RS AMC. Setelah itu dibawa ke RS Mata Cicendo," ujar Bernhard.
Menurut Bernhard, kelima Madya Praja putri tersebut sudah kembali ke asrama dan menjalani aktivitas seperti biasa. "Matanya tidak apa dan sudah membaik," kata Bernhard.
(bbn/ern)