Kerjasama eksplorasi geothermal itu ditandai dengan penandatanganan MoU antara Pemprov Jabar yang dilakukan oleh Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar dan Presiden Direktur Indonesia Infrastructture Finance Kartika Wirjoatmo dalam acara Dialog Series Panas Bumi dengan tema 'Mengelola CSR dan Tantangan dalam Tata Kelola Industri Geothermal' di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang, Rabu (18/12/2013).
Penandatanganan disaksikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi, Kementerian ESDM, Jajang Sukarna yang juga merupakan Staf Ahli bidang Ekonomi dan Keuangan ESDM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan, untuk mengeksplorasi kawasan geothermal diperlukan pengeboran di lokasi yang juga memiliki resiko tinggi jika ternyata tak ada hasil.
"Uang yang sudah dikeluarkan untuk pengeboran bisa hangus begitu saja. Itu risiko," katanya.
Kegiatan eksplorasi awal hingga memperoleh hasil pun dilakukan dengan menggunakan dana FDG tersebut. Supaya resiko gagal untuk para pengembang itu kecil sehingga pengembangan geothermal lebih mudah. Untuk melakukan pengeboran di lokasi, butuh biaya 6-7 juta USD per site.
"Dengan bantuan ini, pengembang hanya tinggal pakai saja nanti. Tinggal memasang instalasi karena panas buminya sudah ada, akurasi geologi sudah ada. Kalau sudah ketahuan, tinggal set up untuk komersial," jelas Kartika.
Pemilihan Gunung Kromong sebagai lokasi eksplorasi berdasarkan data dari Badan Geologi. Kawasan tersebut dinilai memiliki potensi yang cukup besar. Ditargetkan, pengeboran akan dilakukan pertengahan 2014 mendatang dan 2015 sudah diperoleh hasil.
Sebelumnya, skema seperti ini juga diterapkan untuk eksplorasi geothermal di Borapulu di Sulawesi Tengah.
(tya/ern)