Tiba di Mess Persib, seorang pekerja yang tengah membereskan lapangan menunjukan dua kamar yang dipakai Pemkot Bandung sebagai tempat penampungan sementara. Bangunan yang tengah direnovasi tersebut, bercat putih dan biru.
Ketika mendekat, tampak dua orang bapak-bapak dan seorang ibu sedang duduk di depan kamar. Kedua laki-laki tersebut bernama Endang (45) dan Eman (60). Sedangkan yang perempuan bernama Nunung (37)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kerja itu pemulung yang kena razia semua. Kami bukan pengemis. Kami usaha dulu dengan menjual barang rongsokan, tidak tinggal minta," kata Endang.
Pernyataan Endang diamini Nunung. Nunung yang suaminya pemulung tersebut membantah yang bekerja sebagai tukang sapu itu adalah pengemis.
"Kalau pengemis, waktu di razia mereka datang ke sini. Tapi ya pergi lagi. Katanya enggak mau tinggal di sini, seperti di penjara," tuturnya.
Menurut Nunung, tak ada pengawas yang menjaga mereka. Setelah dirazia, para pengemis hanya didata saja. Ketika petugas pulang, pengemis pun kabur dari mess.
"Kalau beres razia saja ada, tapi malemnya balik lagi. Saya rasa percuma kalau ditertibkan tapi di sini tidak ada yang menjaga. Sama saja bohong," ucapnya.
Nunung pun mempersilakan untuk masuk melihat kondisi penampungan. Ada dua kamar yang dipakai, satu kamar cukup besar, kira-kira luasnya 8x5 meter. Di dalamnya tinggal sekitar 10 orang atau lebih. Tak ada kasur atau bantal. Mereka tidur hanya beralaskan karpet dan tikar.
(avi/ern)