Selama ini, sudah ada beberapa rumah sakit yang menggratiskan biaya berobat. Tapi jumlahnya sangat sedikit. Rumah sakit juga belum semua memiliki fasilitas untuk penanganan anak down syndrome.
Pendiri POTADS Teti Ichsan mengatakan, anak yang terlahir dengan down syndrome biasanya memiliki penyakit khusus, di antaranya kelainan jantung, gangguan pencernaan, serta membutuhkan berbagai terapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak yang lahir dengan down syndrome, sejak lahir membutuhkan terapi untuk melatih motorik kasar dan motorik halus. Biaya terapi itu beragam dan dibayar per jam. Untuk satu jam terapi, membutuhkan biaya Rp 50-100 ribu.
Usia setahun, mereka juga harus diterapi untuk melatih kemandiriannya, misalnya belajar makan. Kemampuan bicara juga perlu mendapat terapi khusus. Bahkan ada beberapa terapi lain hingga sang anak bisa memiliki kemampuan mendekati orang dengan kemampuan normal.
"Kalau dihitung-hitung, biaya (pengobatan) anak saya sebulan sama dengan biaya hidup keluarga saya selama sebulan. Tapi alhamdulillah rezeki selalu ada," tutur Teti.
Belum lagi ketika sekolah, mereka harus masuk ke sekolah inklusi yang bisa mendukung tumbuh kembangnya. "Sekolah inklusi itu mahal, tidak semua orang bisa masuk, dan tidak semua sekolah memiliki program inklusi," paparnya.
Lewat kegiatan jalan santai 450 anak down syndrome di car free day (CFD) Dago pada Minggu (24/3/2013), ia berharap kepedulian semua pihak tergugah, terutama pemerintah. Biaya kesehatan dan pendidikan diharapkan mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
Khusus bagi masyarakat, Teti berharap masyarakat punya pengetahuan tentang down syndrome. Sehingga anak-anak down syndrome bisa diterima dengan baik. Sedangkan bagi orangtua, mereka diharapkan punya spirit untuk mendidik anak down syndrome.
(ors/ern)