Menurut sang Kurator Taufik Rahzen, sosok Eddy Susanto bukan lah seniman mainstream. Namun sudah banyak karya yang dihasilkan dari tangan dinginnya.
"Pameran ini mengambil tema Mata Hari. Mata Hari adalah sosok perempuan yang mengguncang dunia. Perempuan in adalah sebuah ikon dari awal abad ke-19 di Eropa dan dibesarkan oleh media massam" ujar Taufik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teks atau bahasa dlam karya seni dwimantra Eddy Susanto ini bukan hanya sebuah visualisasi atas keindahan bahasa yang menarasikan suatu sejarah peradaban manusia dunia dimana hubungan historis kebudayaan Asia Tenggara (Perempuan Jawa) dan Eropa. Melainkan sebuah titik temu yang nyaris sempurna antara sosok atau figur, tubuh, pencitraan dan teks bersejarah yang memperbincangkan peradaban duia.
"Tubuh Mata Hari yang berbalut teks kamasutra dan teks kamasutra yang berbalut tubuh Mata Hari merupakan cerminan sisi keduanya yang berbeda. Kontroversi sensualitas yang ditonjolkan mengandung dua kutub opini yang saling bertentangan. Yakni erotisme pornogratif dan negatif sert kearifan sensualitas yang positif," jelas Eddy Susanto.
Karya tersebut tersaji di Lawangwangi Creative Space, Jalan Dago Giri, Bandung.
(avi/avi)