Hal itu terungkap saat Candra menjadi saksi dalam sidang lanjutan perkara pembunuhan Husein di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Rabu (24/10/2012).
Sehari sebelumnya, Agutinus sempat mendatangi rumah Candra. Namun saat itu keperluannya adalah unutk membantu soal mobil Alphard yang jadi rebutan Inggrid dan Husein.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengakui, ancaman dan teror di antaranya dipicu perebutan anak semata wayang Inggrid dan Husein. Berdasarkan putusan pengadilan, anak tersebut jatuh pada Husein.
"Anak saya keberatan dengan putusan itu. Soalnya mantan suaminya itu tiap malam enggak ada di rumah dan suka mabuk-mabukan, makanya lalu mengajukan banding," tuturnya.
Keesokan harinya, Jumat (4/5/2012) Agustinus menelpon Candra sekitar pukul 09.30 WIB mengatakan bahwa ia akan ke kantor Candra. Namun kemudian, Candra kembali ditelepon Agustinus sekitar pukul 11.30 WIB.
"Di telepon Agus minta saya menghapus data telepon dia. Saya tanya ada apa, dia bilang nanti saja," terang Candra. Atas permintaan Agustinus untuk menghapus data nomor telepon terdakwa, Candra pun tidak serta merta melakukannya karena ia merasa tidak mengerti.
Kemudian, anaknya Inggrid melalui telepon memberitahu ayahnya bahwa dari berita yang ia terima di blackberrynya tersiar kabar bahwa Hussein mantan suaminya itu dibunuh di depan rumah mereka.
Hingga sepekan berikutnya, Agustinus mendatangi Candra di kantornya. "Dia bilang, kalau dia yang membunuh (menembak) Husein. Tapi saya tidak percaya begitu saja," katanya.
Saat itu Candra mengaku memberi uang pada Agustinus, namun itu bukan sebagai imbalan atas apa yang dilakukan Agustinus. "Saya memang biasa ngasih setiap ketemu dia. Kadang Rp 500 ribu atau Rp 1 juta untuk anak-anaknya," tutur Candra.
(tya/ern)