Keluarga dari golongan tidak mampu ini tak bisa berbuat banyak. Nana yang dianggap mengalami gangguan jiwa hanya pasrah setelah keluarga memutuskan mengurungnya. Apa sebab?
"Kami khawatir mengganggu warga sekitar. Soalnya Nana sering masuk rumah warga. Terus minta rokok dan makanan. Melihat itu, warga jadi takut. Akhirnya, keluraga memasung Nana," ungkap Ijah (55), ibu kandung Nana, saat ditemui di kediamanya Jalan Situgunting Barat, Gang Ibu Emeh, RT 3, RW 9, Kelurahan Babakan Ciparay, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Selasa (10/4/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia bilang waktu itu kepalanya jangar. Selalu pusing. Saat itulah sampai sekarang kondisinya begini," tutur Ijah sembari mengusap mata kanan Nana memakai handuk putih.
Sejak gangguan jiwa, Nana sebenarnya tidak pernah mengamuk. Apalagi melukai warga. Namun rasa cemas muncul jika suata waktu Nana berontak dan mengacaukan lingkungan sekitar. Keluaraga memilih mengikat kaki kanan Nana menggunakan rantai besi lengkap dengan gembok kecil di sebuah ruangan bekas dapur.
"Sudah 1,5 tahun ini dia dipasung," lirih Ijah.
Di ruangan berukuran 2,5 meter x 2,5 meter, Nana setiap hari ditemani lampu 5 watt. Udara pengap. Tak ada sinar matahari yang masuk di celah ruangan berlantai tembok itu. Sesekali Nana berdiri. Kerap pula duduk selonjoran. Bila diajak berkomunikasi, Nana menjawab dengan dua logat yakni Sunda dan Betawi.
"Ya begini, telanjang dada. Soalnya kalau dikasih baju, selalu dilepas," terang Ijah.
(bbn/tya)