Menurut Ketua Delegasi ITB Ahmad Faris Arifin, delegasi ITB tidak mewakili Indonesia pada pertemuan internasional tersebut. Panitia telah menentukan negara mana yang diwakili setiap delegasi. ITB mendapatkan tugas sebagai perwakilan Libya.
"Jadi kebetulan waktu itu kami apply negara mana yang ingin kami pegang, namun akhirnya Harvard yang menentukan. Jadi kami harus bisa mempresentasikan Libya di dunia internasional. Untuk itu, kami melakukan riset internet dan wawancara dari narasumber dan data dari PBB, dan melihat kondisi di Libya agar tahu tentang keadaan di Libya itu bagaimana," tutur Ahmad dalam press conference di Ruang Rapim A Rektorat ITB, Jl Surapati No 1, Kamis (9/2/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sistemnya sudah berjalan di tahun-tahun sebelumnya, jadi senior-senior yang sudah pernah mengikuti kegiatan ini telah melakukan transfer knowledge. Dalam kegiatan ini, mahasiswa diasumsikan seolah-olah diposisikan sebagai diplomat untuk mempertahankan negara yang dipegang, yakni Libya," tutur Kadarsah.
Kadarsah juga menuturkan, bahwa kegiatan tersebut sangat menarik dan memiliki manfaat besar untuk meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa. Sebab menurutnya, kini selain harus bergaul dengan sesama mahasiswa dalam negeri, dengan mahasiswa luar negeri pun sangat penting.
Disamping sebagai simulasi diplomat, kegiatan tersebut juga memiliki kemampuan untuk belajar mengenal bagaimana mahasiswa di luar negeri.
"Harapan kami, ke depannya akan terus bergulir pelatihan yang akan mereka lakukan, sehingga nantinya akan lebih tersempurnakan dengan berbagai macam cara. Dan partisipasi dari ITB akan lebih baik lagi, terutama untuk dukungan-dukungan akan berhasil seperti tahun-tahun berikutnya," tambah Kadarsah.
(ern/ern)