"Sudah sekarung rantai dan gembok habis. Dia sering lolos. Kalau sudah begitu repot. Warga memilih tidak keluar rumah," kata kakak kandung Barnas yakni Danu Tisna Dinata (49), saat ditemui di kediamannya, Jalan Cilimus, RT 7 RW 6, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Rabu (30/11/2011).
Bapak dua anak itu dipasung di sebuah bangunan kosong bekas rumahnya. Saat ini kaki kirinya dirantai yang diikatkan pada tembok lantai tertambal semen. Ada enam gembok yang tepasang di satu rantai yang melilit kaki Barnas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga juga keheranan kenapa Barnas bisa melepaskan diri. Karena seringnya kabur, gembok pernah dibalur lem super rekat. Tapi usaha itu tetap tidak jitu. Setelah dipikir seksama, ternyata selama ini Barnas merusak rantai hingga putus dan melepas gembok dengan berbagai cara.
Ia menyobek-nyobek sarung jadi beberapa bagian. Lalu lembaran sobekan sarung saling diikatkan membentuk tali. Batu yang menjadi pemberat dieratkan pada tali tersebut. Barnas melempar tali dan menyeret paku atau batu yang berada di luar tempat dia terpasung. Kebetulan tembok bangunan selama ini Barnas 'diasingkan' itu kondisinya bolong.
"Atau dia membuka paksa gembok dan rantai dengan sekuat tenaga," ujar Danu.
Danu mengatakan, bila Barnas kabur, pasti saja membikin masalah. Barnas nyelonong masuk rumah warga dan mengambil barang-barang. Atau bila pintu rumah warga terkunci, Barnas memecahkan kaca jendela memakai tangan atau batu.
Warga pun ketakutan. Apalagi kalau Danu mengambil senjata tajam dari rumah orang lain. Tak hanya itu, Barnas juga tiba-tiba mengamuk serta memukul warga kalau kedapatan kabur dari pasungan.
"Dua bulan lalu dia naik ke rumah warga. Terus melempar-lempar genting. Sampai enam orang yang menagkapnya. Saat itu dua rumah rusak. Kami pun mengganti kerugian tersebut," tutur Danu.
Empat tahun Barnas menjalani pemasungan. Keluarga bukan berarti tidak memberi perhatian. Rutin setiap hari asupan makanan dan minuman diberikan. Pakaian pun selalu diganti.
Keputusan memasung, kata Danu, memang terpaksa dilakukan. Sering berobat ke rumah sakit jiwa dan dipadu pengobatan alternatif, tetap tidak ada sedikit perubahan.
"Kami sebenarnya tidak tega. Tapi mesti gimana lagi, kalau dibiarkan bakal mengancam jiwa warga," jelas Danu beralasan.
(bbn/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini