Berikut keterangan lengkap dari pihak rumah sakit yang langsung disampaikan Dirutnya kepada wartawan, di RS MAL, Jalan Cibaligo, Cimahi, Senin (24/10/2011). "Jadi memang pada hari Jumat ada pasien Nisa datang ke RS kami sekitar pukul 14.55 WIB. Sebelumnya pasien telah dibawa ke RS Mitra Kasih dan berobat ke bidan, dokter praktek swasta lain. Karena tidak sembuh dan kejang lalu dibawa ke RS MAL atas rujukan dari RS sebelumnya," terangnya.
Menurutnya pasien langsung masuk UGD dan diperiksa oleh dokter sesuai protap yang berlaku. Lalu pasien dinyatakan harus dirawat. Karena dirawat maka disarankan untuk mengurus administrasi pendaftaran rawat inap. "Sesuai protap harus ada uang muka dulu. Aturannya kalau kelas 3 itu Rp 500 ribu," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian keluarga pasien pulang membawa uang recehan Rp 144 ribu. "Karena kasihan, tetap bisa masuk dengan ditambahi jadi Rp 150 ribu. Itu berbeda dengan janjinya yang akan membayar 50 persen. Tapi meski begitu, kami tetap terima," jelas Zakaria.
Kemudian pukul 18.00 WIB terpasang infus. Padahal, katanya, keluarga baru membeli obat pukul 19.00 WIB. Lalu pada pukul 24.00 WIB, saat dikontrol dokter jaga, pasien muntah-muntah. Dokter jaga konsul dengan dokter anak yang menangani pasien, dr Tessa.
Lalu dokter jaga buat resep. "Memang aturan dari farmasi, obat atau alat akan diberikan kalau sudah bayar. Keluarga engga ada uang. Tapi sebetulnya perawat kami itu pinjam ke farmasi, alat pun dipasang," terangnya.
Lalu pada pukul 03.00 WIB, pasien kejang-kejang lagi padahal obat anti kejang sudah diberikan. "Lalu diberi resep lagi, ternyata enggak dibeli lagi. Tapi perawatan tetap berjalan karena sama perawat diambilkan lalu diberikan," ujar Zakaria.
Kalau sampai pukul 06.00 WIB masih kejang, pasien dimasukkan ke ICU. "Sesuai dengan SOP, untuk masuk ke ICU dari ruangan, keluarga harus ke administrasi dulu, harusnya ada DP dulu. Keluarga panik, kita berikan langsung masukkan ke ICU. Jam 7 masuk ICU dan kita berikan tindakan sesuai dengan SOP," bebernya.
Lalu pada pukul 10.00 WIB, kondisi pasien mulai menurun. Dokter melakukan tindakan untuk pertolongan. "Sudah semua obat masuk, sudah berusaha sekuat kami. Pukul 11.00 WIB pasien meninggal dunia," ujar Zakaria.
Sementara itu menurut dokter anak yang menangani Nisa, dr Tessa, pasien datang ke RS MAL dalam kondisi pengaruh obat sehingga tidak sadar. "Kami tangani pada saat pasien kejang. Keluarga bawa hasil lab Mitra Kasih, karena sudah ada hasil, tangani sesuai hasil. Kemungkinan penyakitnya, infeksi yang berat, kita tangani sesuai penyakitnya," terangnya.
Menurut Tessa apa yang dilakukan dokter di ICU sudah sesuai SOP dan mendapat persetjuan dari keluarga. "Apa yang dilakukan di ICU pasti dengan persetujuan. Yang kita lakukan di ICU yaitu melakukan protap sesuai SOP. Jadi diawal masuk ICU kita telah meminta persetujuan. Namun ketika memburuk, kami kembali minta persetujuan untuk tindakan lebih lanjut," ujarnya.
"Kita minta persetujuan untuk inkubasi selang ke paru-paru. Memang pada saat kita mengeluarkan dahak ada keluarga pasien yang masuk lalu marah-marah. Lalu ketika minta persetujuan kedua untuk tahap lanjut, kami panggil ibunya, katanya pasang. Tapi pas mau dipasang katanya tidak diizinkan mertua. Kami kasih surat penolakan, lalu dijelaskan, lalu setuju dipasang. Kami perlu beberapa menit untuk persetujuan," bebernya.
Nisza meninggal dunia pada pukul 11.00 WIB, Sabtu (22/10/2011). Saat ditangani di RS Mitra Anugrah Lestari (MAL), keluarga menuding Nisa tidak dirawat dengan baik. Nisa alami panas tinggi disertai step. Berkali-kali, Nisa tidak diobati karena keluarga belum bisa membayar resep obat. Bahkan saat pertama datang pada Jumat (21/10/2011), Nisa dibiarkan hingga empat jam di UGD tanpa penindakan.
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini