Bunyi ayat itu yakni 'Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.'.
"Firman Allah pada ayat itu mengilhami kita beberapa pelajaran. Pelajaran pertama, syarat utama kemakmuran suatu negeri adalah ketakwaan," kata Heryawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelajaran kedua, ketakwaan tidak sekedar berdimensi akhirat, tapi juga berdimensi keduniaan," ungkapnya.
Menurutnya, dalam ketakwaan ada inspirasi tentang kedisiplinan yang sangat dibutuhkan dalam menopang profesionalisme dalam dunia kerja. Selain itu, ketakwaan juga menopang manusia dalam menata waktu.
"Pada ketakwaan ada inspirasi tentang sebuah komitmen kuat yang sangat dibutuhkan untuk membentuk ketangguhan dalam menjalankan tugas pada bidang apapun. Pada ketakwaan ada inspirasi tentang kesalehan sosial dan berpihak pada kebenaran," jelas Heryawan.
Sementara pelajaran terakhir adalah kunci kemakmuran terletak pada sumber daya manusia (SDM), bukan hanya pada potensi sumber daya alam (SDA).Sebab, upaya untuk membangun kemakmuran dan menghadirkan kemajuan harus dimulai dengan menata lebih dulu SDM.
"Itulah rahasia sukses pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Ketakwaan sang khalifah telah berhasil menghadirkan keadilan dalam prosesi pemerintahannya," tandas Heryawan.
(ors/ors)