"Kalau waktu gubernurnya Nuriana programnya 'Rereongan Sarupi' yang kemudian pada kepemimpinan saya diteruskan dengan nama 'Raksa Desa'. Jadi ada bantuan dana stimulan sebesar Rp 100 juta pada seluruh desa di Jabar. Lalu pada masa gubernur yang sekarang ada program 'Desa Mandiri dalam Perwujudan Desa Peradaban' di mana besarnya bantuan mencapai Rp 1 miliar per desa," tutur Danny saat ditemui usai sidang doktor di Gedung Program Pasca Sarjana Fisip Unpad, Jalan Bukit Pakar Utara, Rabu (10/8/2011).
Menurut Danny, besarnya dana yang diberikan dan hanya diberikan pada 100 desa mandiri terpilih mengundang tanya dan kesenjangan desa-desa lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun mengkritisi bahwa konsep peradaban desa saat ini masih sebatas pembangunan fisik semata. Misalnya pembangunan gedung serbaguna, masjid dan lainnya padahak menurutnya harus ada program-program pemberdayaan masyarakat karena saat ini era kompetitif.
"Saya melihat pemberdayaan masyarakat masih kurang dalam membuat event atau program. Kita harus membangun semangat kompetitif," katanya.
Untuk membangun desa, kata Danny perlu adanya konsisten dari pemimpin untuk menyeimbangkan pembangunan fisik dan nonfisik.
Karena menurutnya jika pembangunan fisik saja yang diperhatikan, seperti kondisi saat ini malah banyak bangunan tak terpakai.
"Misalnya desanya kapasitas rendah dibangunkan ruang serbaguna hanya untuk kumpul-kumpul seadanya. Lebih baik, kalau ada masjid yang bagus, berdayakan saja, jadi tempat berkumpul sekaligus memakmurkan masjid. Masjid kan tidak hanya dipakai untuk aktivitas ritual," katanya.
"Jangan seperti sekarang. Banyak bangunan kosong karena tidak dimanfaatkan maksimal," tambahnya.
(tya/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini