"Memang banyaknya itu di pusat kota. Di buku ini kawasan satu yang menjadi bangunan cagar budaya ialah pusat kota," jelas Ketua Bandung Heritage Harastoeti DH.
Ia menyampaikan hal tersebut usai peluncuran buku '100 BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI BANDUNG' di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Senin (25/7/2011) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sembilan bangunan tua itu yakni Asia Africa Cultura Center (bekas bioskop Majestic) Jalan Braga No 1, Apotik Kimia Farma Jalan Braga No 2-4-6, Kimia Farma (bekas Aubon Marce) Jalan Braga No 5, Bank Pembangunan Daerah Jabar (bekas Denis) Jalan Braga No 12, Braga Kafe (bekas Dekranasda) Jalan Braga No 15-17, LKBN Antara No 25, Gedung Gas Negara Jalan Braga No 38, Bank Indonesia Jalan Braga No 108, Ex Insulinde (bekas kantor Residen) Jalan Braga No 135.
Selain kawasan pusat kota, kata Harastoeti, di buku itu menampilan bangunan cagar budaya di kawasan pecinan, kawasan pertahanan dan keamanan atau militer, kawasan etnik sunda, kawasan perumahan villa dan nonvilla, kawasan industri.
Untuk kawasan pecinan atau perdagangan jumlah bangunan ada lima antara lain Vihara Samudra Bhakti di Jalan Kelenteng No 132, dan SDN Mohamad Toha di Jalan Mohamad Toha No 22. Kawasan pertahanan dan militer terdapat 16 bangunan yang di antaranya Komplek Kodam III/Siliwangi di Jalan Aceh No 59, SMAN 3-5 di Jalan Belitung No 8, SMP 2 di Jalan Sumatra No 42, dan Lapas Sukamiskin.
Kawasan etnik sunda hanya ada dua bangunan yakni SMP Sandi Putra di Jalan Palasari No 1 dan Gabungan Koperasi RI di Jalan Lengkong Besar No 4. Sementara kawasan villa dan non villa tercatat 26 bangunan antara lain Gedung Sate di Jalan Diponegoro No 22, Museum Pos Indonesia di Jalan Cilaki No 73, Museum Geologi di Jalan Diponegoro No 57, Rektorat ITB di Jalan Tamansari No 64, RS Hasan Sadikin di Jalan Pasteur No 38, dan Rektorat UPI (Isola) di Jalan Setiabudhi No 229.
Kawasan indutri terdapat tiga tempat yakni Dinas Pertanian Kota Bandung di Jalan Arjuna 45, SMK Negeri di Jalan Pajajaran No 92, dan Kelenteng di Jalan Cibadak No 221 dan 281.
"Buku ini hanya mencoba untuk memberikan gambaran kepada masyarakat, kalau Kota Bandung masih memiliki aset berharga yang tersebar di setiap kawasan. Bangunan-bangunan cagar budaya siap dimanfaatkan untuk kebutuhan masa kini, tanpa merusak kelestaraiannya," tutup Harastoeti.
(bbn/ern)