Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Lalu Lintas dan Parkir Dinas Perhubungan Kota Bandung Ricky Gustiadi dalam Forum Diskusi Publik Sektor Transportasi dengan tema Optimalisasi Trans Metro Bandung (TMB) sebagai Moda Transportasi Massal Perkotaan yang Efektif dan Efisien di Ruang Malino Hotel Grand Aquila, Jalan Dr Djunjunan, Kamis (21/7/2011).
"Pembangunan shelter permanen saat ini sudah 80 persen. Target dari Kepala Dishub selesai pada Agustus mendatang," kata Ricky.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi nanti di koridor I akan ada 40 bus. Itu akan memperpendek waktu tunggu penumpang," kata Ricky.
Ia mengakui, selama ini penumpang harus menunggu sekitar 30 menit untuk naik TMB. Dengan penambahan unit, ia memprediksi waktu tunggu penumpang paling lama hanya 10 menit saja.
"Soalnya saya pernah pantau di shelter, penumpang itu nunggunya lama. Kalau 20 menit ga datang juga bisnya, mereka biasanya minta balikin lagi tiketnya lalu mereka pilih naik Damri atau angkot," katanya.
Di shelter permanen, nantinya penumpang akan lebih nyaman dibandingkan dengan shelter sementara yang hanya terbuat dari tenda.
"Shelternya nanti ber AC atau kipas angis, dengan tempat duduk yang layak," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengarapkan jumlah penumpang diharapkan bisa meningkat. Meski sudah dua tahun beroperasi, TMP belum untung.
Pada tahun 2010 Pemkot Bandung mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2,3 miliar untuk biaya operasional TMB, namun masih selisih Rp 1,7 miliar karena pendapatan yang hanya 500 juta. Tarif TMB yaitu Rp 3 ribu untuk umum dan Rp 1.500 untuk pelajar.
"Diharapkan sih nanti setelah shelter jadi, penumpang akan semakin banyak. Kita juga akan buat shelternya lebih nyaman," katanya.
(tya/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini