Genting Heyne Ujungberung yang Kini Tinggal Legenda

Genting Heyne Ujungberung yang Kini Tinggal Legenda

- detikNews
Senin, 04 Apr 2011 10:01 WIB
Bandung - Siapa sangka, benteng tua setinggi tiga meter dengan panjang sekitar 50 meter di mulut Jalan Cijambe kawasan Ujungberung menyimpan banyak cerita. Bangunan yang merupakan bekas peninggalan Belanda itu, ternyata dulunya adalah sebuah pabrik genting. JB Heyne Bandung, itulah merek genting yang kini hanya sebuah legenda.

Meski sudah sepuh, Raden Emas Subagdja (78), penduduk asli dan tokoh masyarakat Ujungberung, masih ingat bagaimana pabrik itu dulu masih beroperasi. Bahkan ia mengaku sempat bertemu dengan JB Heyne, pemilik pabrik yang merupakan orang Belanda.

"Apa (bapak-red) dulu pernah bertemu. Tidak ingat tahun berapa. Saat itu Apa masih kecil, ya umur belasan tahun lah. Orangnya tinggi dan ramah," tutur Emas saat ditemui beberapa waktu lalu di kediamannya, di Jalan Cijambe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Emas tahu betul mengenai genting Heyne yang melegenda itu. Selain sempat bertemu langsung dengan Heyne, ia pun mendapat cerita dari Aom Male atau R.T.M. Wiranatakusumah VI, yang tak lain Bupati Bandung ke-17 yang berkuasa pada tahun 1948-1956. Tak aneh Emas langsung mendapatkan cerita itu dari bupati, sebab Emas merupakan keturunan bangsawan, sehingga ia bisa bergaul dengan dalem Bandung dengan mudah.

"Heyne itu sebenarnya ahli keramik. Saat dia datang ke Indonesia, ke Bandung, ia menemukan tanah yang bagus untuk dibuat genting. Akhirnya ia pun membuat genting dan membangun pabriknya di sini," kisah Emas.

Emas memperkirakan pabrik sudah dibangun pada awal 1900-an. Sebab dari cerita Aom Male, pada 1919 pabrik genting itu sudah lama beroperasi. Pabrik dibangun di atas lahan 4,7 hektare di kawasan Cijambe, Ujungberung.

Menurutnya genting Heyne merupakan genting yang terbaik pada masanya dan satu-satunya sentra produksi genting di Indonesia. Selain memasok untuk kawasan Bandung dan Jabar, genting Heyne juga diyakini memasok untuk wilayah di seluruh Indonesia. Sebagai contoh pabrik rokok Djarum Kudus, kata Emas, memesan genting Heyne.

Seingatnya setelah jepang datang pun, tak ada lagi pabrik genting di Indonesia selain di Ujungberung. "Bahkan ceritanya genting ini juga dibawa ke Belanda. Ya ini wajar saja, sebab dulu kan penjajah Belanda suka membawa hasil bumi dari Indonesia ke negaranya. Jadi bayangkan saja, bisa jadi bangunan Belanda dulu itu gentingnya dari sini," ujarnya bangga.

Selain memproduksi genting, Heyne juga membuat hong untuk gorong-gorong. Ia mengungkapkan hong di Gelora Bung Karno berasal dari pabrik Heyne. "Saya ingat soalnya saya dulu ikut mengantar pesanan hong ke Jakarta," katanya.

Pabrik genting Heyne masih beroperasi hingga tahun 1950-an. Namun pada 1959, saat dilakukan nasionalisasi seluruh perusahaan asing, Heyne dan keluarganya pun lari ke Belanda. Pabrik itu pun dikelola orang Indonesia dan diberi nama PT Nila Bandung.

PT Nila dipimpin oleh Ir Mursadi, sebagai direktur utamanya. Ia dibantu seorang Palembang keturunan Belanda bernama Bayumi. Hingga tahun 1980-an, PT Nila masih memproduksi genting dan mengirimkannya ke seluruh Indonesia.

Namun pada Tahun 1981, pabrik mengalami kemunduran. Produksi genting makin lama makin menurun. Hal itu, kata Emas, disebabkan material tanah di kawasan Cijambe tinggal sedikit.

"Dulu di Cijambe itu sawah, dan permukaannya lebih tinggi satu meter dari saat sekarang ini. Nah karena terus-terusan diambil, jadi permukaan tanah turun. Kalau dipaksakan terus, kawasan Cijambe dan Ujungberung bisa ambles," tuturnya.

Kini sisa-sisa kejayaan pabrk Heyne hanya berupa benteng tua bekas pabrik dulu. Tak ada lagi aktivitas membuat genting. Kalaupun ada, itu berada di kawasan yang jaraknya puluhan kilometer dari Cijambe, yaitu Jatiwangi. Pabrik genting Heyne lah yang membuat genting Jatiwangi lahir.


(ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads