"Kondisi Indonesia yang rawan dengan bencana termasuk gempa kemudian menjadi gagasan untuk membuat program studi ini. Mau belajar gempa dimana? Masa ke Singapore yang malah nggak ada gempa," ujar Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Edi Aryono Subroto dalam Pembukaan Program Pascasarjana Gempa Bumi dan Tektonik Aktif di Ruang Hilmi Panigoro Fakultas Geologi ITB, Jalan Tamansari, Rabu (2/1/2011).
Program perkuliahan yang akan diberikan pada program studi ini di antaranya Analisis data geostatistik, Tektonik aktif dan struktur geologi, Geologi kegempaan dan paleoseismelogi, dan Analisis Probabalistik Seismik Hazard.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Staf pengajar program studi ini terdiri dari dosen dan peneliti dari ITB, LIPI dan instansi yang berkaitan dengan kegempaan.
Saat ini telah ada 7 mahasiswa yang telah terdaftar untuk program ini yang berasal dari Badan Geologi, instansi pemerintah dan mahasiswa ITB yang meneruskan studi.
Program ini mendapatkan bantuan dana dari Program Bahaya Gempa Bumi Nasional senilai A$5,5 juta dari Pemerintah Australia.
"Indonesia memiliki potensi gempa yang lebih besar dibandingkan negara lain. Program ini penting utnuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan ilmuwan agar dapat menyelamatkan nyawa dan memperkecil kerugian akibat bencana," ujar Direktur Fasilitas Pengurangan Bencana Australia-Indonesia, Matt Hayne.
Dalam pembukaan program ini hadir pula Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif. Ia pun berharap, lulusan GREAT dapat menjadi ahli-ahli kegempaan yang baru.
(tya/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini