Seperti Irwanto (40) pedagang bed cover ini mengaku biasa berjualan di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro. Namun karena tak diperbolehkan berjualan, ia pun terpaksa tak mendapatkan penghasilan hari ini.
"Saya kecewa karena tidak boleh berjualan di sini. Tapi saya berjualan di sini sudah 8 tahun," ujarnya kepada detikbandung, di Jalan Diponegoro, Minggu (23/1/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irwanto juga tidak menyetujui rencana relokasi ke Monumen Perjuangan, karena menurutnya, lokasi PKL yang berjualan itu sudah strategis.
"Kita kan cuma pakai hari minggu saja, lagi pula Gedung Sate ini kan barometer Bandung. Orang juga pada tahu kalau hari minggu ini di Gasibu selalu ada pasar tumpah," katanya.
Irwanto yang tidak mau menyebut berapa omzetnya setiap berjualan di Gasibu, berharap pemerintah dapat mengatur para PKL yang ada agar tetap bisa berjualan. "Saya mau kok kalau diatur dan membayar untuk retribusi kota bandung," tandasnya.
Begitu juga dengan Cucu (42), pedagang bubur ini mengaku kecewa karena tidak bisa berjualan di tempat biasanya. Akhirnya ia terpaksa berjualan di samping Gedung Sate tepatnya di depan kolam Gasibu.
"Saya maunya di sana, karena sudah biasa di sana. Kalau di sini kan bukan pasar saya," ujarnya.
Cucu pun mengaku hingga pukul 08.00 WIB dia belum melayani satu pun pembeli. Padahal, biasanya ia sudah bisa menjual banyak. "Sekarang boro bolo ngaladangan (melayani-red). Masih sibuk cari tempat. Saya kecewa," lirihnya.
Hingga pukul 08.00 WIB terlihat masih banyak pedagang yang berdebat satu sama lain. Seperti di Jalan Diponegoro, meereka masih saling berdebat untuk menyepakati pembagian lahan.
(avi/avi)