"Secara inovasi kita kalah. Bukan berarti tidak mampu, tapi tidak ada yang memulai. Artinya kawan-kawan dari ITB, Unpad, arsitek dan pihak lain sebetulnya bisa melakukan itu, tapi belum ada yang memulai," kata Dede di sela Festival Kawah Putih, Rabu (22/12/2010).
Di Eropa, sambung Dede, bambu sudah digunakan untuk berbagai keperluan dan bernilai ekonomi tinggi. Misalnya jadi bahan furnitur, cafe dari bambu, museum dari bambu, bahkan dijadikan bahan gedung parkir. Sebab, konstruksi yang terbuat dari bambu lebih kuat dari bata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sana kita berdiskusi dengan ahli-ahli bambu Eropa, kunjungan ke museum-museum, dan kegiatan lain. Ternyata di Eropa itu sangat membutuhkan bambu, sementara kita salah satu produsen bambu terbesar, tapi belum bisa mensuplai ke sana. Malah yang mensuplai bambu ke sana sekarang Malaysia," jelasnya.
Untuk itu, ke depan Pemprov Jabar berencana mengadakan lokakarya inovasi bambu. Sehingga pemanfaatan bambu tidak hanya digunakan untuk baligho, spanduk, tiang pancang, atau saung saja. Tapi justru bisa dihasilkan bangunan yang bagus dengan arsitektur modern.
"Kita mau coba mungkin nanti akan ada lokakarya inovasi bambu. Kita akan undang profesor-prosefor dari sana. Di Eropa bambu sudah digunakan dengan arsitektur modern, di kita baru panggung bambu aja yang kemarin roboh," terangnya.
Selain lokakarya, kata Dede, pemprov juga berencana membuat expo bambu. Di mana, akan ditampilkan berbagai produk yang dibuat dari bambu. Seperti makanan, kerajinan, hingga serat kain dari bambu. Hal itu diharapkan terwujud secepatnya.
(ors/avi)