Gulungan Rol Film Pun Kini Pensiun

Tersingkirnya Layar Tancap

Gulungan Rol Film Pun Kini Pensiun

- detikNews
Jumat, 13 Agu 2010 13:51 WIB
Bandung - Yoyo Budiman (59) pengusaha layar tancap yang memulai usaha sejak tahun 1984 kini terpaksa memensiunkan gulungan rol filmnya. Karena kini tak ada lagi yang tertarik menyewa layar tancap. Padahal harga gulungan rol fim itu tak terbilang murah. Tapi, apa mau dikata.

"Masyarakat tidak tertarik menonton layar tancap. Orang saat ini lebih memilih pergi ke bioskop atau membeli kepingan DVD untuk menyaksikan beragam film. Jadi gulungan rol film yang saya miliki sekarang hanya saya simpan di lemari," ujar pria yang akrab dipanggil Ko Yong itu pada detikbandung saat ditemui di rumahnya, Jalan Elang Raya No 2 G Bandung.

Pasti banyak dari kita tidak pernah tahu berapa harga satu judul film yang direkam lewat gulungan rol film. Ternyata butuh modal yang cukup besar untuk menjadi pengusaha pertunjukan film keliling atau layar tancap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak menjadi pengusaha layar tancap sekitar tahun 1984, Yoyo Budiman (59) mengungkapkan memang butuh modal besar. Di tahun 1980-an, harga satu judul film bisa mencapai Rp 5-6 juta. Satu judul film, bisa terdiri dari 2 hingga 5 rol film.

"Harganya sekitar Rp 5-6 juta, itu harga zaman dulu. Kalau sekarang, mungkin bisa seharga satu unit sepeda motor," kata p

Jika dibandingkan dengan kurs rupiah saat ini, harga tersebut dipastikan jauh lebih mahal. Bahkan, bisa melebihi angka Rp 10 juta untuk satu judul film yang dibeli.

"Rol film sendiri dibeli dari Jakarta, itu harus pesan langsung ke tempat penyedianya," terangnya.

Sementara, biaya yang harus keluar dari penyewa jasa penyedia pertunjukan layar tancap di zamannya berkisar sekitar Rp 200 ribuan. "Kalau harga sekarang, ya sekitar Rp 500 ribuan lah," ungkapnya.

Selain menggelar pertunjukan khusus, Ko Yong yang dulu memiliki CV Budiman Film itu sering diundang oleh mereka yang mengadakan hajatan. Tentunya, pertunjukan itu sengaja dihadirkan tuan rumah untuk menghibur para tamu undangan yang hadir.

Sejak krisis moneter sekitar 1997 lalu. Saat itu, VCD mulai merambah ke Indonesia dan pelan-pelan mematikan usahanya.

(ors/tya)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads