Dituturkan Ketua Panitia, Dhian Damajani, sayembara tersebut digelar untuk mencari alternatif gagasan pengembangan kompleks Museum KAA agar bisa lebih hidup.
"ITB kerjasama dengan Kemenlu dalam Arte-Polis ke-3 sebagai bentuk kepedulian Kemenlu dan ITB untuk mengembangkan Museum KAA," jelas Dhian ditemui usai Technical Meeting peserta di Museum KAA Jalan Asia Afrika, Sabtu (22/5/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari mulai perbatasan antara Jalan Naripan-Jalan Braga, Jalan Braga-Jalan Asia Afrika, Jalan Asia Afrika, Bale Sumur Bandung, dan Jalan Naripan-Jalan Banceuy.
Sejak pendaftaran dibuka mulai 24 April hingga 21 Mei lalu tercatat ada sebanyak 124 peserta. Peserta bisa perorangan atau kelompok dengan syarat masih warga negara Indonesia. Walaupun ada juga 5 peserta yang tinggal di Singapura, 1 di Australia dan 1 orang di Jepang.
Diharapkan dengan adanya sayembara ini bisa didapatkan desain baru terutama di eksterior yang bisa memberikan gagasan Museum KAA dan Gedung merdeka yang lebih terbuka, dan terhubung dengan bangunan sekitarnya.
"Tidak hanya sekedar memberikan alternatif tempat tapi juga kegiatan-kegiatan sekaligus. Mungkin di sebuah tempat bisa juga digunakan untuk festival atau apapun," jelasnya.
Peserta akan diberikan waktu selama tiga minggu untuk merancang. Penjurian akan dilakukan oleh lima orang antara lain, Ir Achmad D. Tardiyana dari ITB, Harastoeti D. Hartono, Ketua Paguyuban Bandung Heritage, David B. Soediono, dan wakil Komunitas Braga.
Nantinya karya peserta akan dipamerkan di Museum KAA dari mulai 22 Juli-17Agustus 2010. "Tapi karya ini masih sebatas gagasan, akan ditindaklanjuti atau tidak terserah nanti, tapi akan disampaikan," jelasnya.
Ditemui di tempat terpisah, Isman Pasha, Kepala Museum KAA menyatakan, sebagai bagian dari rencana revitalisasi Museum KAA dengan menggalang ide dari para arsitek. Bagaimana caranya agar kawasan yang sempit bisa mengakomodir semua kegiatan.
"Mudah-mudahan Museum KAA nanti akan jadi ikon Bandung," jelasnya.
(avi/ern)