Setiap pagi pukul 10.00 WIB hingga menjelang magrib, Tarman berkeliling mencari pelanggan di sekitar Pujasera Merdeka, Gramedia, BIP dan BEC. Biasanya, Tarman memijat orang-orang yang sedang makan. Pijatnya pun tidak lama, sekitar 30 menit.
Tarman pun tidak memasang tarif pijat refleksinya itu. "Saridona weh..kumaha anu masihan (Seikhlasnya saja, gimana yang mau memberi-red)," ujar Tarman saat ditemui di Food Court Pujasera Merdeka, Kamis (29/4/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tarman adalah warga asli Majalaya, sejak tahun 1972 Tarman berprofesi sebagai tukang pijat refleksi. Sebelumnya Tarman hanya memijat di Majalaya, namun pada tahun 1982, ia mencoba mencari rejeki di Bandung.
"Kapungkur mah sok ka Lembang, Dago, ayeuna mah tos teu kiat (Dulu suka ke Lembang, Dago, tapi sekarang sudah tidak kuat)," ujar Tarman.
Istri Tarma dan ketiga anak laki-lakinya tinggal di Majalaya. Mereka hanya berkebun dan berprofesi sebagai petani. "Istri dan anak mah, ngebon weh di kampung (berkebun saja di kampung-red), sama ngurus cucu," ujar kakek dari 14 cucu ini.
(avi/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini