"Saat mobil melaju kecepatan tinggi, pengemudi membawa satu regu. Tiap satu unit mobil diisi enam orang yang terdiri satu sopir dan lima petugas damkar," jelas salah seorang pengemudi dari Dinas Kebakaran (Diskar) Kota Bandung, Ferri Yoga (33), saat berbincang santai dengan detikbandung.
"Jadi, selama perjalanan ke lokasi kebakaran, nyawa sopir dan petugas menjadi taruhan!" tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sopir mobil damkar mesti ekstra hati-hati mengendarainya. Walau ngebut saat menuju lokasi kebakaran, sopir harus memerhatikan keselamatan satu regu," tutur Ferri yang juga merangkap tim rescue Diskar Kota Bandung.
Senada diungkapkan pengemudi damkar lainnya, Yadi Mulyadi (42). Sebagai pengendali stir mobil, warga Jalan Sukabumi Dalam ini mengaku tugasnya memiliki peran penting.
"Bayangkan saja, satu unit mobil diisi empat ton air dan enam orang petugas. Nah, saya membawa mobil dengan kecepatan tinggi," ungkap Yadi.
Bila terjadi kebakaran di sekitar kawasan Kota Bandung, kata Yadi, pedal gas diinjaknya hingga kecepatan 60 kilometer per jam. ''Itu kalau siang hari. Kalau
malam bisa kecepatan 100 kilometer per jam,'' imbuhnya.
Kadiskar Kota Bandung Prijo Soebiandono menyatakan, seluruh personelnya ini harus menghadapi risiko pekerjaan yang sangat berbahaya. Ia mengaku prihatin, sebab para pasukan penjinak api ini tidak disertai asuransi keselamatan kerja.
"Hingga kini, para petugas pemadam kebakaran tidak memiliki asuransi keselamatan kerja. Saya sedang berusaha kepada pemerintah pusat dalam hal ini Mendagri untuk memerhatikan hal tersebut. Mudah-mudahan, asuransi keselamatan kerja bisa didapat. Tak hanya di Bandung, tapi seluruh petugas pemadam kebakaran di Indonesia," terang Prijo.
Prijo menambahkan, walau pengemudi melesatkan mobil bak pembalap, kewaspadaan di jalan raya tetap menjadi perhatian utama.
(bbn/dip)