"Kedatangan warga ini sebagai bentuk protes atas banjir yang menimpa rumah tinggal di Komplek Bojong Malaka Indah yang terjadi tiga kali dalam 2010 ini. Yaitu pada 20 Februari, lalu 19 dan 25 Maret lalu," jelas warga yang juga Ketua RW 16 Desa Bojong Malaka, Dedi Darmawan saat ditemui di lokasi unjuk rasa.
Menurut Dedi, sebelumnya banjir tidak pernah menerjang rumah warga. Banjir hanya terjadi pada batas tanggul. Namun, tambah Dedi, tanggul yang dibuat developer tak sesuai dengan ketentuan dan bersifat sementara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi menambahkan, banjir yang masuk ke rumah warga itu ketinggiannya mencapai dada orang dewasa di Blok E dan sepaha dewasa di Blok H. "Kami menuntut kompensasi karena banjir bukan semata-mata karena alam, namun lebih kelalaian developer yang tak mau membetulkan tanggul pembatas air perumahan," terang Dedi.
Lebih lanjut Dedi meneranngkan, sebetulnya warga sudah melakukan koordinasi dengan developer pada 27 Maret lalu. "Tapi mengalami jalan buntu dan hingga kini belum ada jalan keluar," ucapnya.
Dedi mewakili warga lainnya, menuntut pihak MTK membangun benteng tanggul sesuai ketentuan serta membangun pintu air agar bisa mengatur jalur masuk keluarnya air. Selain itu, warga juga meminta adanya perbaikan jalan, pembenahan saluran air, pembenahan DAM Cijambe dan kompensasi terhadap korban banjir.
Warga datang dengan menggunakan sepeda motor. Aksi yang berlangsung sejak pukul 10.30 WIB ini mendapat pengamanan puluhan polisi. Hingga pukul 11.50 WIB, warga masih bertahan di halaman kantor sambil menunggu kepastian dari pihak pengembang.
(bbn/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini