Izin Pertunjukan Tak Lagi Mudah, Musisi Bandung Jengah

Izin Pertunjukan Tak Lagi Mudah, Musisi Bandung Jengah

- detikNews
Kamis, 11 Mar 2010 09:31 WIB
Bandung - Rekam jejak yang ditinggalkan tragedi AACC dua tahun lalu bukanlah peristiwa yang mudah terhapus. Terutama untuk perkembangan musik di Bandung yang geliatnya tidak terbendung.

Namun mau tak mau para musisi khususnya yang mengusung musik aliran cadas terkena imbasnya. Izin menggelar pertunjukan yang tak lagi mudah pun membuat para musisi sempat jengah.

Kesulitan perizinan untuk manggung sempat dialami oleh Speaker First. Padahal menurut band beraliran rock n roll ini Bandung adalah gudangnya kreativitas. "Sarana untuk pertunjukan di Bandung kurang seharusnya pemerintah memfasilitasi dengan adanya gedung kesenian," tutur Atir, sang vokalis saat ditemui di ruang press room Kampung GaSS, Rabu (10/3/2010).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Atir, dengan bergerak secara indie saja para musisi sudah bisa berkembang apalagi jika pemerintah mewadahi dengan menyediakan fasilitas venue yang representatif.

Sebagai talent, Atir mengaku kurang nyaman dengan venue yang ada di Bandung terutama indoor. Banyak pertimbangan akses, audio yang kurang baik, atau crowd yang tidak sesuai dengan kapasitas tempat.

Bahkan, Lapangan Gasibu sekalipun kurang representatif karena tidak dikhususkan hanya untuk pertunjukan musik tapi bercampur dengan kegiatan masyarakat lainnya. "Tanpa difasilitasi bisa berkembang apalagi difasilitasi tanggung jawab  bisa lebih besar," tuturnya.

Tapi mau bagaimana lagi mungkin itu pula efek dari makin berkembangnya industri musik. Ditambah lagi dengan tragedi AACC yang menewaskan belasan orang.

Padahal dulu, menurut Yuki PAS Band, sangat mudah untuk menggelar pertunjukan. Ibaratnya tinggal genjreng-genjreng, para musisi tidak harus memikirkan kerumitan birokrasi.

"Ketika pertunjukan menjadi industri, maka ada kesadaran bahwa itu adalah uang, muncul pulaunsur politis, industri, dan lain-lain sehingga pemerintah yang semula tidak peduli pun jadi peduli," tutur Yuki saat ditemui usai manggung di gelaran Kampung GaSS, Rabu (10/3/2010).

Proses menggelar pertunjukan dari mulai ide hingga pertunjukan itu sendiri jadi ribet. Tak hanya untuk artis lokal, tapi juga nasional. "Industri pertunjukan belum sehat, masih banyak koreng," tutur Yuki.

Untuk menutupi koreng itu, bukan cuma Event Organizer, musisi, atau pemerintah yang bertanggung jawab tapi semua yang terlibat termasuk masyarakat. Pertunjukan harus dikemas sedemikian rupa agar pesan dan nilai luhur yang ada di dalamnya bisa tersampaikan.

Dibuatnya Undang-undang petunjukan menurut Yuki bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk membuat sebuah pertunjukan yang sehat. Sehingga kejadian yang membahayakan nyawa para penonton bisa diantisipasi.

(ema/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads