Menurut Forest, meskipun pemenang tender yakni PT Adi Karya menawarkan harga lebih rendah dari nilai yang ditentukan konsultan, namun pihaknya memastikan tidak akan ada kecurangan.
"Sama sekali tidak ada under performance, under spec atau under quality. Tidak akan terjadi," tegas Forest dalam jumpa persnya di Cafe BMC, Jalan Aceh, Rabu (3/2/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang kalau dilihat bedanya sekitar 100 miliar lebih atau bisa dibilang bedanya hingga 20 persen," jelasnya.
Namun nilai yang jauh berbeda tersebut, kata Forest, lumrah terjadi. Apalagi PT Adi Karya adalah salah satu kontraktor terbesar di Indonesia.
"Itu lumrah terjadi, karena kontraktor sebesar Adi Karya bisa memperoleh harga yang jauh lebih murah tanpa mengurangi spec yang diminta pemkot. Proyek Adi Karya kan tidak hanya SUS saja, jadi dia bisa membeli barang dengan jumlah yang jauh lebih banyak sehingga harganya pun bisa murah," paparnya.
Selain itu, kata Forest, PT Adi Karya memiliki alat-alat yang biasanya diperlukan untuk membangun sebuah proyek. "Karena perusahaan besar, Adi Karya memiliki alat-alat untuk membangun. Sehingga dapat mengurangi biaya sewa alat," jelas Forest.
Forest kembali menegaskan, meskipun Adi Karya mempunyai harga 20 persen lebih murah dibanding ketentuan konsultan, hal tersebut sudah seuai.
"Sangat mungkin akan ada perbedan harga," katanya.
Dijelaskan Forest, PT Adi Karya pun menunjuk konsultan manajemen konstruksi yakni PT Inda Karya untuk mengawasi pekerjaan proyek SUS. "Tiap harinya nanti mereka akan pantau. Jadi hampir tidak akan mungkin ada kesalahan karena sudah berlapis-lapis pengawasannya," kata Forest.
(avi/bbn)