"Ah enggak takut, masih takut dengan genpa kemarin. Kalau yang tadi malam mah musibah," ujar Ibu lilis (42) pemilik warung lesehan Teh Ita, yang letaknya berdampingan dengan warung lesehan Bu Neneng, ditemui di warungnya, Senin (7/9/2009).
Menurut Lilis, setelah gempa pada Rabu lalu (2/9/2009), dirinya langsung mengecek kondisi bangunan keesokan paginya. "Saya mah langsung cek, mungkin yang sebelah mah (warung lesehan Bu Neneng-red) enggak," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut dia mengatakan selama bulan puasa ini, warung lesehan di Punclut memang diserbu pengunjung. Warungnya saja setiap hari menampung ratusan pengunjung.
"Kapasitas pengunjung warung saya 150 orang, kalau sudah penuh, pengunjung lainย enggak boleh masuk. Harus antre diluar," ujar Lilis yang mengaku warungnya diserbu pengunjung sejak pukul 05.00 WIB hingga 22.00 WIB.
Jumlah pengunjung di bulan puasa ini, diakui Lilis melonjak tiga kali lipat lebih dibandingkan hari biasa. Jika hari normal, pengunjung hanya sekitar 50 orang. "Omzet pada hari biasa Rp 1,5 juta, kalau selama puasa ini bisa mencapai Rp 4 juta," katanya.
Ada sekitar 37 warung lesehan yang berada di kawasan Punclut. Rata-rata bangunan mereka menjorok ke arah jurang. Namun tak semua pondasi bawah warung dibuat dari beton, masih banyak warung yang pondasi bawahnya dari kayu saja.
Warung Bu Neneng ambruk sekitar pukul 21.00 WIB. Diduga ambruknya bangunan warung nasi yang terbuat dari kayu tersebut karena over capacity. Selain itu, diduga pilar kayu bagian bawah rapuh gara-gara gempa beberapa waktu lalu. (ern/ern)