Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah jika kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa masih rendah seperti saat ini.
"Kesehatan jiwa seharusnya berada di lapisan atas di tingkat kesehatan. Bahkan ada di luar negeri ada slogan No Health Without Mental Health," ujar dokter ahli jiwa dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dr Teddy Hidayat Sp.K.J. (Psikiater) kepada wartawan di ruang kerjanya di RSHS, Jalan Pasteur, Kamis (6/8/2009).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor eksternal seperti ekonomi, susah mencari kerja. Sedang faktor internal seperti genetik," tuturnya.
Gangguan kejiwaan juga dapat dibagi kedalam 2, yaitu gangguan kejiwaan ringan dan berat. "Kebanyakan yang dibawa untuk pengobatan sudah masuk gangguan jiwa berat," ungkap Teddy.
Padahal menurut Teddy gangguan jiwa sudah sejak awal dapat diantisipasi dengan melakukan konsultasi. Konsultasi pun tidak selalu harus dengan psikiater. "Jika merasa punya masalah sebaiknya menceritakan pada orang lain untuk meminta saran atau solusi, bisa orang tua, sahabat, atau kyai," ujarnya.
Karena jika perasaan stres, cemas, depresi tidak diatasi maka itu berpotensi meningkatkan angka bunuh diri. "Karena gangguan kejiwaan berpengaruh pada perilaku, bisa saja sampai bunuh diri, itu yang harus dicegah," paparnya.
Untuk itu peran masyarakat sebagai kader kesehatan kejiwaan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan keterampilan hidup untuk mengendalikan emosi.
Jika tidak dilakukan program-program yang serius untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya kesehatan jiwa, Teddy menduga angka 20 persen tersebut akan meningkat pada riset yang sama pada pertengahan 2010 mendatang. "Kalau tidak ada perbaikan apapun, ya tidak akan ada yang berubah," kata Teddy.
(tya/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini