Menurut Bagian Pelaksana Rumah Tangga Pemprov Jabar Dede Hamam, pengecatan telah berlangsung sejak 19 Juli hingga 21 Juli lalu.
"Pengecatan ini untuk pemeliharaan karena sudah tiangnya sudah kena korosi. Bayangkan saja sudah 10 tahun tak pernah dicat ulang," katanya ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kamis (23/7/2009).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika ditanya alasan warna catnya hijau muda, Dede mengatakan pemilihan warna hijau muda karena adanya instruksi dari atasan. "Tadinya sih ada rencana ingin warna emas, karena ada instruksi dari atasan yaitu Kabiro humas sekda dan umum, ada baiknya katanya dikembalikan ke warna hijau muda seperti dulu. Sebab dulunya warna hijau muda," jelas Dede.
Selanjutnya Dede mengatakan pengerjaan pengecatan dilakukan oleh dua orang. "Dana pengecatan sebesar Rp 5 juta yang diambil dari anggaran rutin pemeliharaan APBD," katanya.
Gedung Sate dibangun pada tahun 1920-1924 yang merupakan karya monumental arsitek Ir Gerber. Gaya arsitekturnya merupakan perpaduan langgam arsitektur tradisional Indonesia dan teknik konstruksi Barat, sehingga disebut Indo Eropeesche Architectuur StiiJln. Arsitektur Gedung Sate merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Italia danย Moor dari zaman Renaissance dengan gaya arsitektur Hindu dan Islam .
Ornamen tiang dengan enam bulatan berbentuk mirip tusuk sate ditempatkan pada puncak atap tumpak, sebagai lambang biaya pembangunan Gedung Sate sebesar 6.000.000 gulden.
Tempoe Doeloe gedung ini disebut Gouvernements Bedrijven (GB). Gedung ini kemudian disebut dengan Gedung Sate berdasarkan bentuk ornamen pada puncak atap tumpak tersebut yang terdiri dari 6 buah bulatn yang berbentuk seperti tusuk sate.
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini