Persis di depan pintu masuk Stasiun Bandung, kumpulan orang yang mengatasnamakan Gentra Parahyangan itu mendendangkan lagu-lagu khas Sunda. Sangat menghibur.
"Lumayan. Ada hiburan saat kita menunggu kereta," ujar Mira (26), gadis cantik yang malam itu menunggu kedatangan kereta yang akan membawanya ke Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hatur nuhun kanggo sadaya. Wios teu keudah nyawer. Ngan asal cukup we kanggo ongkos (Terima kasih semuanya. Tidak perlu nyawer. Tapi asal cukup untuk ongkos - red)," ujar Leman yang malam itu memimpin pertunjukan. Sontak celotehan Leman mengundang gelak tawa penonton.
Pembawaan yang atraktif dan homoris membuat masyarakat yang menunggu kereta ataupun baru turun dari kereta mampir berlama-lama menonton grup musik yang digawangi oleh Ayi, pegawai Stasiun Cibatu yang memegang kendang, Asep pegawai Bagian Umum Stasiun Bandung memegang bonang.
Dua buah saron masing-masing dipegang oleh Dedi pegawai bagian kawal kereta Stasiun Bandung dan Tina dari bagian marketing Stasiun Bandung. Tina adalah satu-satunya wanita yang bergabung dalam grup ini. Dan tak ketinggalan adalah sinden atau penyanyi.
Jika biasanya posisi sinden dimainkan oleh wanita, maka di Gentra Parahyangan, yang menjadi sinden adalah pria yang bernama Hasim. Hasim
adalah pegawai di Stasiun Cibatu.
"Sekarang kita tampilkan sinden yang tak kalah cantik dengan pemain saron kita. Tepuk tangan buat Neng Hasim," ujar Leman memperkenalkan Hasim.
Lagu 'Dina Impenan' pun mengalun di tengah hiruk pikuk suara mesin lokomotif dan pengeras suara yang tak henti-henti mengumumkan jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta.
(afz/ern)