Hujan Asam Rusak Patung Tembaga di Bandung

Hujan Asam Rusak Patung Tembaga di Bandung

- detikNews
Rabu, 22 Apr 2009 17:06 WIB
Bandung - Kondisi geografis Bandung yang berada di daerah cekungan perparah tingkat polusi. Celakanya hal tersebut memicu potensi terjadinya hujan asam. Parahnya hujan asam, bisa dilihat dari rusaknya patung-patung tembaga di Bandung.

Demikian dikatakan oleh Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Dr Thomas Djamaluddin di ruang kerjanya, lantai 2 kantor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jalan Djunjunan No 133, Rabu (22/4/2009) siang.

"Berbeda dengan Jakarta yang sama-sama memiliki tingkat polusi tinggi, geografis Bandung yang berada di daerah cekungan memperparah iklim di Bandung. Cekungan membuat udara tidak mengalir ke luar dan ini membuat potensi hujan asam meningkat," paparnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Thomas, indikator yang bisa dilihat dari terjadinya hujan asam di Kota Bandung adalah bercak-bercak berwarna kehijauan di patung-patung yang terbuat
dari tembaga yang banyak tersebar di Kota Bandung. Salah satunya adalah patung pemain bola di pertigaaan Jalan Tamblong dan Jalan Sumatera.

"Kita bisa melihat di patung-patung tersebut terdapat bercak berwarna kehijauan. Hal itu dikarenakan adanya reaksi kimia yang diakibatkan oleh zat asam,"
terangnya.

Menurutnya sejak 1997, Bandung sudah mengalami hujan asam. Namun derajat keasamannya masih rendah. Tapi pihaknya pernah mencatat pada tahun 2000, terjadi
hujan asam dengan tingkat PH 4, padahal ambang batasnya adalah 5,6.

"Dikatakan asam jika PH nya kurang dari 5,6. Sejak 1997, PH-nya sudah di bawah ambang batas 5,6. Bahkan puncaknya pada tahun 2000, PH nya hanya 4. Ini masih
yang paling asam," ungkap pria berkacamata ini.

Thomas juga menegaskan bahwa hujan asam yang tinggi dapat merusak lingkungan dengan cepat. Walaupun belum ada penelitian terhadap dampaknya kepada manusia,
namun Thomas meyakini jika kondisi tersebut dibiarkan maka dampak negatif terhadap manusia akan terasa.

"Memang belum ada penelitian tentang dampaknya terhadap manusia secara langsung. Karena kalau kehujanan, kita (manusia - red) langsung mandi, mengguyur tubuhnya dengan air. Ini langsung melunturkan air hujan asam. Sedangkan kalau ke pohon atau bangunan langsung terlihat dampaknya karena langsung terpapar air hujan dan tidak langsung disiram. Jadi kalau ke lingkungan sudah dapat terlihat dampaknya," tuturnya.

Disinggung mengenai langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya hujan asam, Thomas berpesan agar lingkungan lebih diperhatikan dan dijaga  lagi. "Tak ada cara lain selain merawat lingkungan," tegasnya.
(afz/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads