Tulisan 'Pangkas Rambut Pria dan Wanita' tertera di muka spanduk yang menghadap ke jalan raya. Helaian-helaian rambut bertaburan di lantai tenda berukuran sekitar satu kali satu meter tersebut.
Tempat cukur DPR di Jalan Supratman ini memang bukan tempat cukurnya anggota dewan perwakilan rakyat. Melainkan DPR di jalan itu merupakan penyingkatan untuk kegiatan potong rambut di bawah pohon rindang. Keberadaannya sudah sejak tahun 1960.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun menurut Ade, ramainya tukang cukur yang menghiasi batang-batang pohon di kawasan ini dimulai tahun 1975. Mereka datang silih berganti. Ketika ada salah seorang tukang cukur pindah akan digantikan oleh tukang cukur lainnya. Saat ini ada delapan tukang cukur yang bisa melayani pelanggan setiap harinya.
"Dulu ada 13 pencukur tapi sekarang delapan. Ada yang punya tempat baru ada juga karena sudah tua," ungkap Ade yang tengah asyik mencukur seorang pelanggannya.
Setiap harinya Ade bisa melayani sampai 10 orang pelanggan dengan tarif Rp 6.000 untuk dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak atau remaja. Dalam satu hari Ade bisa memperoleh omzet Rp 70 ribu. Tapi jika pelanggan sedang sepi Ade hanya bisa menghasilkan Rp 30 ribu dalam satu hari.
Dengan tarif tersebut, untuk masyarakat golongan menengah ke bawah tentu cukup enteng. Tanpa harus mengeluarkan biaya layaknya pergi ke tukang cukur modern, para pelanggan bisa mendapatkan hasil pangkasan yang tak kalah memuaskan. Apalagi selepas bercukur para pelanggan diberikan pelayanan tambahan berupa pijatan di bagian kepala, leher dan bahu dengan menggunakan minyak khusus pijat.
Untuk pijitan, diakui Ade tidak lagi dikenakan tarif. "Itu sudah termasuk biaya cukur. Kalau yang lain saya tidak tahu," ujar Ade.
Tak heran pelayanan plus yang diberikan oleh para pencukur ini terus mendatangkan langganan. Seperti halnya Dudung (33) yang datang ke tempat ini jika ingin cukur rambut. Dudung mengaku sudah cocok dengan potongan para tukang cukur di tempat ini.
"Pijitannya juga enak," tutur Dudung.
Seperti halnya Dudung, Rijan (18) juga lebih memilih tempat ini untuk mencukur rambut. Meski Rijan yang dikategorikan remaja ini tidak mendapat layanan pijit, Rijan mengaku cukup puas dengan hasil potongan para pencukur.
"Bisa memilih gaya bebas sesuai yang diinginkan," ujar Rijan.
Tapi jika ingin bercukur ke tempat ini sebaiknya menghindari cuaca mendung. Sebab jika gerimis apalagi hujan para pencukur akan dengan cepat membereskan tenda-tendanya dan ambil langkah pulang. Bisa jadi hasil cukuran mereka pun akan terlihat tidak maksimal. Tak heran jika tempat ini juga dijuluki 'misbar' alias gerimis bubar.
Ayo ngobrol seputar Kota Bandung di Forum Bandung.
(ema/rks)