Menurut Yani (49), penjual arang di Jalan Rajawali Timur mengatakan kayu yang baik untuk membuat arang adalah kayu-kayu basah. Kayu basah adalah kayu baru yang baru saja ditebang dari pohonnya. Sedangkan kayu kering yang sudah disimpan terlalu lama akan menghasilkan arang yang ringan.
"Arang yang berat lebih awet pemakaiannya dibandingkan arang yang ringan," tutur Yani. Namun hal itu tetap tak berpengaruh pada harga karena arang dijual per kilogram. Kayu-kayu yang digunakan untuk membuat arang pun diungkapkan Yani adalah kayu-kayu sisa setelah digunakan untuk material bangunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dulloh menuturkan menampung arang dari 6 orang petani di Desa Cikelet Pamengpeuk Garut. Di mana sebagain besar penduduk Desa Cikelet membuat arang sebagai pekerjaan sampingan selain bertani.
Kayu-kayu tersebut dibakar di kebun-kebun petani. Kayu dibakar dalam lubang di dalam tanah yang berukuran sekitar 2x2 meter. Proses pembakaran dilakukan selama tiga hari tiga malam untuk bisa menghasilkan arang. Satu kali memproduksi arang para petani bisa menghasilkan 6-7 jubung atau karung arang.
Dulloh mengirimkan arang-arang tersebut ke penjual arang di Jalan Rajawali, Leuwipanjang dan ke Kosambi. Setiap pengiriman dia bisa mengirimkan satu truk yang berisi 110 jubung atau karung arang.
Ayo ngobrol seputar Kota Bandung di Forum Bandung. (ema/rks)