Dari Kuping Turun ke Otak

Dari Kuping Turun ke Otak

- detikNews
Kamis, 26 Feb 2009 14:55 WIB
Bandung - Percaya atau tidak, mendengarkan music bisa membuat badan kurus, berdoa khusuk, kreatif, juga menyembuhkan penyakit. Dua frekuensi berbeda menyusup ke telinga kiri dan kanan.

Lagu-lagu bernada riang mungkin membuat anda ingin bergoyang. Tapi, dengan satu teknik khusus, lagu jenis ini bisa membuat anda jadi rileks, tenang, malah bisa jadi tertidur pulas. Lagunya tidak dirombak jadi mendayu-dayu. Aransemennya pun persis sama. Namun lagu itu punya efek lain, karena aransemennya disisipi teknologi gelombang otak (brainwave).

Teknologi brainwave kini mulai banyak merasuki dipasaran. Produk berupa CD atau kaset ini biasanya dijajakan melalui internet. Bila sudah ada di kantong, anda bisa mendengarkan music berteknologi brainwave di mana saja. Efeknya akan lebih bagus bila mendengarkan lewat headphone. Jangan mendengarkan music sambil mengendarai mobil. Berbahaya! Begitu peringatan dilabel produk. Ya, berbahaya bila anda sampai tertidur ketika menyetir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"efek music brainwave berbeda dengan music klasik seperti mozart," kata Erbe Sentanu, pendiri katahati institute, perusahaan yang menjual CD brainwave.

Kalau mozart selama ini diyakini bisa memberi efek mulai pertumbuhan, maka efek brainwave bisa diatur sesuai kebutuhan. Pengaturan ini dilakukan dengan penggunaan frekuensi yang berbeda. Misalnya anda termasuk penderita insomia, maka carilah brainwave yang bisa membuat anda lekas tidur. Anda juga bisa memilih yang lain : sulit konsentrasi, ingin kreatif, tengah belajar, ingin khusuk kala berdoa, atau mau meditasi.

Sebab, menurut Nunu panggilan Erbe Sentanu, teknologi ini pasti akan mengubah gelombang otak, jika anda membiarakan musik itu bebas masuk ke telinga, tanpa perlu memikirkan dan menganalisanya. "Cuma dalam hitungan menit, frekuensi otak anda sudah masuk ke alam bawah sadar," katanya.

Menurut Nunu, teknologi ini berisi program aplikasi praktis ilmu pengetahuan modern untuk melatih, membuktikan, mengukur, dan memproduksi tingkat keikhlasan hati seseorang.

Katahati lebih banyak memberikan pelatihan pengelolaan gelombang otak atau Mindfocus. Ada teknik lain yang mengutamakan pengelolaan gelombang hati atau Heartfocus. Kata Nunu, terapan mengelola otak dan pikiran bisa beragam. Mulai menurunkan berat badan, meningkatkan memori atau konsentrasi, relaksasi, hingga penyembuhan penyakit.

Katahati memang menbuat sendiri CD Brainwave. Tapi bekerja sama dengan The Monroe Institute dari Amerika Serikat yang lebih dulu berkecimpung di teknik ini. Brainwave membawa orang masuk ke gelombang otak intuitif dan inspiratif secara instan, makanya sering disebut teknologi meditasi instan.

Teknik ini memanfaatkan telinga untuk menyusup frekuensi tertentu untuk menyusupkan frekuensi tertentu ke otak. Otak sendiri mempunyai 4 fase yaitu beta, alfa, tetha, delta. Menurut Nunu, manusia sudah mahir dengan beta dan delta, tetapi belum banyak yang mengerti cara mengelola alfa secara sadar.

Teknik penyusupan gelombang itu dengan mengatur dua frekuensi berbeda yang menyusup lewat telingan kiri dan kanan, atau bisa disebut metode binatural beats. Musik hanya berfungsi sebagai pembawa frekuensi. Jadi, jenis lagu apapun bisa disisipi brainwave.

Contohnya, lagu yang masuk dari telinga kiri punya frekuensi 400 Hz. Dan lagu yang sama masuk dari telinga kanan memiliki frekuensi 410 Hz. Selisaih 10 Hz ini akan dicerna otak. Nah, karena selisih ini masuk dalam kategori alfa (8-13.9 Hz), maka orang yang mendengarkanΒ  lagu tertentu bisa rileks, tenang dan nyaman. Karena itu, lagu yang riang, misalnya bisa untuk relaksasi. Metoda serupa digunakan untuk amsuk kekategori gelombang otak lainnya.

Menurut Nunu, tak jadi masalah apakah telinga kiri atau kanan yang menerima frekuensi lebih besar. Sebab yang dikejar adalah selisihnya. Metoda ini tidak menganut konsep kerja otak kiri kanan, karena gelombang otak beroperasi secara keseluruhan. "Idealnya, melodi music tidak berlebihan seperti suara angin atau air," ujarnya.

Selain music ada pesan yang disampaikan secara verbal. Misalnya kalau anda mau berhenti merokok lewat music, penuturan verbal tidak memakai kata-kata negatif, seperti "tidak" atau "jangan". Jadi bukan "saya tidak boleh merokok lagi", karena itu tidak akan pernah sampai ke hati. Pola kalimatnya di ubah jadi, misalnya, "setiap hari saya hanya ingin menghirup udara yang bersih dan segar." (adv/adv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads