Angklung Sebagai Alat Musik Pendidikan

100 Tahun Daeng Soetigna

Angklung Sebagai Alat Musik Pendidikan

- detikNews
Jumat, 19 Des 2008 11:36 WIB
Bandung - Perkembangan angklung diatonis ciptaan Daeng Soetigna menyentuh berbagai lapisan masyarakat mulai anak-anak hingga orang dewasa. Pemerintah pun sempat menyikapi hal ini melalui SK no.082 tahun 1963.

Surat keputusan tersebut menyebutkan bahwa angklung ditetapkan sebagai alat musik pendidikan. Akibatnya angklung menyebar ke seluruh nusantara.

Apa yang membuat angklung memiliki nilai yang begitu penting dan mendasar di dunia pendidikan? Sejalan dengan motto Daeng terhadap angklung ciptaannya yaitu Mudah, Murah, Massal, Mendidik dan Menarik (5M).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angklung menjadi media pendidikan musik dasar juga unsur-unsur aktivitas sosial seperti gotong royong, kerjasama, tenggang rasa. Satu orang saja tidak mungkin memainkan sebuah lagu yang indah menggunakan angklung. Tetapi sekelompok orang yang masing-masing memegang satu alat dengan nada tertentu, bisa melakukannya.

Namun yang terjadi selanjutnya, program pemerintah menggunakan angklung sebagai dasar belajar musik di sekolah tidak berjalan baik. Ini dikarenakan salah satunya adalah kualitas angklung yang buruk.

"Bapak pernah bilang, angklung di sekolah-sekolah itu dibuatnya dari sulu (kayu bakar-red), tidak dibuat untuk fungsinya sebagai alat musik. Bahkan dari fisiknya saja buruk, apalagi kualitas suaranya," tutur Erna Garnasih Pirous putri Daeng Soetigna, saat bincang-bincang dengan detikbandung di kediamannya di Jalan Bukit Pakar II/111, Bandung.

Lantas bagaimana mempertahankan musik angklung di zaman sekarang yang didominasi musik-musik pop dengan alat musik elektronik?

"Angklung tidak bisa disamakan dengan alat musik modern. Dalam angklung tidak ada maestro seperti pemain biola atau piano. Angklung bergantung pada keselarasan kelompok. Ini yang membuat angklung berbeda," tutur suami Erna, AD Pirous yang juga pensiunan Guru Besar Seni Rupa ITB.

Dilanjutkan Pirous, banyak pihak yang memiliki andil besar dalam mempopulerkan angklung sehingga menjadi identik dengan Indonesia. Di Bandung misalnya, ada Saung Angklung Udjo yang pendirinya juga adalah murid Daeng Soetigna. Sementara di dunia pendidikan, masih terdapat orang-orang yang peduli dengan mendirikan kelompok musik angklung mulai tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sementara di dunia diplomatik, angklung pun masih sering ditampilkan di acara-acara internasional.

"Kita tidak usah ribut-ribut lagi soal angklung milik siapa. Yang paling penting saat ini adalah apa yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan angklung," seru Pirous.



Ayo ngobrol seputar Kota Bandung di Forum Bandung.

(lom/lom)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads