Turis Dituduh Bayar Miliaran untuk Lihat Sipil Ditembaki Saat Perang Bosnia

Turis Dituduh Bayar Miliaran untuk Lihat Sipil Ditembaki Saat Perang Bosnia

BBC Indonesia - detikNews
Selasa, 18 Nov 2025 17:11 WIB
Warga sipil mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyeberangi boulevard utama Sarajevo selama Perang Bosnia. (AP Photo/Jerome Delay)
Jakarta -

Sejumlah warga Italia yang berpelesir ke kota Sarajevo saat Perang Bosnia di awal dekade 1990-an diduga membayar uang dalam jumlah besar untuk mengikuti "safari penembak jitu". Dalam peristiwa yang kini diselidiki kejaksaan di Milan itu, para turis asal Italia menyaksikan warga sipil ditembak penembak jitu.

Kasus ini diadukan oleh jurnalis Italia bernama Ezio Gavazzeni. Dia berkata terjadi "perburuan manusia" oleh "orang-orang sangat kaya" yang memiliki hasrat terhadap senjata.

Orang-orang kaya asal Italia itu, menurut Gavazzeni, "membayar agar dapat membunuh warga sipil yang tak berdaya" dari wilayah militer Serbia di perbukitan sekitar Sarajevo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tarif yang dikenakan terhadap para turis asal Italia itu berbeda-beda untuk membunuh laki-laki, perempuan, atau anak-anak, menurut sejumlah laporan.

Dalam pengepungan brutal selama empat tahun di Sarejevo antara 1992 hingga 1996, lebih dari 11.000 orang tewas diyakini tewas.

ADVERTISEMENT

Selama Perang Bosnia, Sarajevo dikepung oleh pasukan Serbia. Tembakan artileri dan serangan penembak jitu terjadi terus-menerus.

Sebelumnya, tuduhan yang sama tentang "pemburuan manusia" telah diajukan ke otoritas penegak hukum beberapa kali.

Namun berkat sejumlah bukti yang dikumpulkan oleh Gavazzeni, yang mencakup kesaksian seorang pimpinan intelijen Bosnia, kasus itu akhirnya diperiksa oleh jaksa Italia yang menangani perkara anti-terorisme, Alessandro Gobbis.

Tuduhan yang diselidiki Gobbis mencakup dugaan pembunuhan.

Sarajevo residents run through an intersection known for sniper activity after a shell fell in the center of the city on June 20, 1992

Lebih dari 11 ribu orang tewas dalam Perang Bosnia pada paruh pertama dekade 1990-an. (AFP)

Perwira intelijen Bosnia yang bersaksi kepada Gavazzeni menyebut rekan-rekannya di Bosnia mengetahui tentang apa yang disebut "safari" pada akhir 1993.

Informasi tentang "safari penembak jitu" itu kemudian dikabarkan kepada Badan Intelijen Militer Italia, Sismi, pada awal 1994.

Sang perwira Bosnia yang bersaksi ini berkata, Sismi memberikan tanggapan terhadap safari itu beberapa bulan setelahnya.

Perwira itu bilang, Sismi mengetahui bahwa para "turis safari" akan terbang dari kota di perbatasan utara Italia, Trieste, lalu bepergian ke pegunungan di sekitar Sarajevo.

"Kami telah menghentikan safari itu. Tidak akan ada lagi safari," kata perwira itu merujuk pernyataan Sismi, menurut laporan kantor berita Ansa.

Dalam waktu dua hingga tiga bulan setelahnya, safari tersebut berhenti.

Ezio Gavazzeni, yang biasanya menulis isu terorisme dan mafia, pertama kali membaca tentang "safari penembak jitu" ke Sarajevo di surat kabar Italia, Corriere della Sera. Koran itu menuliskan berita itu, tapi "tanpa bukti yang kuat".

Gavazzeni meneliti isu itu setelah menonton "Sarajevo Safari", sebuah film dokumenter tahun 2022 karya sutradara Slovenia Miran Zupanic.

Dokumenter itu menuding orang-orang yang terlibat "safari" berasal dari beberapa negara, antara lain Amerika Serikat, Rusia, dan Italia.

Gavazzeni, Februari lalu, menyerahkan hasil risetnya kepada jaksa di Milan. Berkas yang dia susun terdiri dari 17 halaman, termasuk laporan dari mantan Wali Kota Sarajevo, Benjamina Karic.

Sementara itu di Bosnia, penyelidikan terhadap "safari" ini diyakini telah dihentikan oleh otoritas.

Berbicara kepada surat kabar Italia La Repubblica, Gavazzeni menuding terdapat setidaknya seratus orang yang terlibat dalam "safari" tersebut.

Warga Italia yang mengikuti tur itu, kata dia, membayar sekitar 100.000 (sekitar Rp1,9 miliar dalam kurs saat ini).

A Bosnian woman runs in the street through an area usually targeted by Serbian snipers in downtown Sarajevo on August 4, 1993

Potret seorang warga Sarajevo yang menjadi target penembak jitu dalam Perang Bosnia, 4 Agustus 1993. (AFP)

Pada tahun 1992, penulis dan politikus nasionalis Rusia, Eduard Limonov, terekam berulang kali menembakkan senapan mesin berat ke arah Sarajevo.

Limonov saat itu diajak berkeliling ke perbukitan Sarajevo oleh pemimpin Serbia-Bosnia, Radovan Karadzic, yang telah divonis bersalah melakukan genosida oleh Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag.

Limonov diyakini tidak membayar untuk mengikuti "safari" itu. Dia berada di sana sebagai pengagum Karadzic.

"Kami orang Rusia harus mengambil contoh dari Anda," ujar Limonov dalam sebuah dokumenter.

Siapa yang bakal dijerat jaksa Italia?

Jaksa dan kepolisian Italia mengklaim telah mengidentifikasi daftar saksi untuk menentukan orang-orang yang mungkin terlibat dalam "safari penembak jitu" di Sarajevo.

Di sisi lain, sejumlah tentara Inggris yang pernah bertugas di Sarajevo selama Perang Bosnia mengklaim tidak pernah mendengar "tur penembak jitu".

Menurut para eks tentara Inggris itu, "sulit membawa warga dari negara ketiga" ke Sarajevo karena banyak pos pemeriksaan.

Pasukan Inggris selama Perang Bosnia bertugas di dalam maupun di sekitar Sarajevo, bersama pasukan Serbia.

Seorang tentara Inggris menyebut tuduhan soal "membayar untuk menembak warga sipil" sebagai "mitos".

Tonton juga Video: Konvoi Mobil Presiden Ekuador Ditembaki Pengunjuk Rasa

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads